Saturday 20 August 2011

Buku Informasi Pariwisata Nusantara

Dalam mencari informasi sebuah tempat wisata, kita bisa menggunakan berbagai macam cara. Yang termudah dengan berselancar di internet, bisa juga dengan bertanya kepada teman atau agen travel, dan tidak kalah penting untuk mendapat informasi adalah melalui buku. Dan buku yang menjadi acuan saya dalam mengeksplor Zamrud Khatulistiwa ini adalah buku resmi dari Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata Republik Indonesia, yakni Informasi Pariwisata Indonesia.

Buku Informasi Pariwisata Indonesia ini bisa dibilang cukup lengkap dan praktis karena mencakup objek wisata alam hingga budaya, di darat maupun di laut, dan dari Sabang hingga Merauke. Praktis karena objek wisata tersebut diklasifikasi berdasarkan jenisnya, objek wisata pantai, gunung, budaya, dan lain-lain.

Buku ini cukup sulit diperoleh karena memang tidak diperjualbelikan. Saya mempeoleh buku ini langsung dari Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata ketika BEM FEUI melalui program kerja KOMPeK bekerjasama dengan Kemenbudpar. So, untuk mendapatkannya silakan "bermain" ke Kemenbudpar!


cover depan

cover belakang

Tuesday 16 August 2011

Pangandaran: Menyusuri Diagonal Jawa Barat dengan Bus Budiman

sumber: bismania.com

Bus Budiman ekonomi ini akan menempuh perjalanan panjang selama kurang lebih sepuluh jam. Waw, kalo buat belajar bisa buat belajar materi setengah semester, haha. Bus tidak melewati UI, tetapi keluar terminal mengarah ke Jalan Ir. H. Djuanda kemudian ke Bogor Raya. Di beberapa titik bus berhenti untuk menaikkan penumpang.

Pukul 21.00 bus berhenti cukup lama untuk menaikkan penumpang di sebuah agen. Beberapa penumpang naik, jadi setengah bus terisi, lumayan daripada sepi kan nggak enak. Pukul 21.15 bus belum juga berjalan. Selidik punya selidik ternyata ban belakang bus sebelah kiri sedang diganti. Waduh lumayan nih, lumayan panas, lumayan lama, lumayan nggak sampe-sampe. Setelah ditunggu setengah jam akhirnya penggantian ban selesai dan bus kembali melaju.

Karena sudah malam dan kami memang sengaja memilih perjalanan malam, rasa ngantuk cukup mendera. Setelah membayar per orang Rp50.000 (per Juli 2011), saya tertidur. Dan bangun-bangun, bus baru sampai di Bekasi. Perjalanan masih sangat panjang. Kalau dilihat di peta, kami memulai dari Kota Depok yang berada di ujung kiri atas (barat laut) Jawa Barat dan Pangandaran yang masuk Kabupaten Ciamis dan berbatasan dengan Jawa Tengah terletak di ujung kanan bawah (tenggara) Jawa Barat dan inilah yang disebut menyusuri diagonal Jawa Barat. Tak heran perjalanan delapan hingga sepuluh jam harus ditempuh.

Malam itu jalan tol cukup ramai. Saya terjaga hingga bus memasuki Gerbang Tol Cipularang. Lumayan, (mungkin) sudah 40 persen perjalanan ditempuh. Bus terus melaju menembus gelap dengan ditemani pantulan cahaya matahari oleh bulan a.k.a sinar bulan. Keluar dari tol kira-kira pukul 01.00, bus kembali merapat untuk menaikkan beberapa penumpang.

Awalnya dengan bus nn-AC ini saya akan merasa kepanasan, tetapi ternyata yang saya takutkan tidak terbukti, malah saya merasa kedinginan (lebay). Tapi benar, angin malam membuat sejuk suasana di dalam bus, bahkan membuat saya harus mengenakan jaket karena saya sangat sensitif dengan dingin, hehe.

Saya melanjutakan tidur-tiduran saya. Sesekali saya terbangun mendengar decit rem dan klakson bus. Decit rem terdengar jika kendaraan di depan berjalan lamban atau jalanan menurun, sedangkan klakson terdengar jika bus berpapasan dengan bus Budiman yang lain. Daaaan Budiman memang bisa dibilang penguasa jalan darat di selatan Jawa Barat. Sering kali bus berpapasan dengan bus Budiman lainnya.

Sekitar pukul 02.30 bus berhenti di sebuah rumah makan besar yang menjadi check point atau tempat istirahat bus-bus Budiman (saya lupa nama rumah makannya, kalau tidak salah Sari rasa di daerah Nagrek). Ketika kami tiba sudah ada sekitar tiga bus yang sudah berhenti di tempat parkir. Ada yang dari Jakarta tujuan Tasikmalaya, Ciamis, ada yang menuju Bekasi. Dan dua di antaranya adalah bus yang ber-AC. Entah mengapa saya merasa iri dengan fasilitas dan kenyamanannya, tetapi saya merasa beruntung karena tidak tersiksa dengan AC yang bisa dibilang sangat dingin (dilihat dari kaca yang berembun di semua sudut).

Jadi apabila Anda menaiki bus Budiman yang biasa (non-AC), Anda akan mendapatkan AC alami dari alam dan asap rokok dengan seat 2-3. Sedangkan jika Anda menggunakan jasa bus yang ber-AC, Anda akan mendapatkan bantal, AC tentunya, dan hiburan berupa tv, seru ya. Sayang saya tidak menanyakan berapa biayanya (denger-denger sekitar Rp60.000). Oiya selain mengantarkan penumpang, Budiman juga menyediakan jasa mengantarkan barang (bukan promosi lho, hanya informasi).

Bus kami kembali melanjutkan perjalanan, mendahului tiga bus yang masih berhenti. Jalanan lengang dan gelap, dan bus kami melaju kencang. Saya masih terjaga dengan mata yang buka tutup. Ada cerita cukup unik, di sebuah warung, si kenek turun untuk beli minum, lumayan lama lima menit lebih. Eh pak supir tidur, bahaya banget nih. Dan ketika si kenek sudah naik dan membawa minuman untuk pak supir, pak supir masih saja tidur. Gawat nih kalo si bapak supir ngantuk gimana, nyawaku padamu pak. Si kenek membangunkan pak supir masih belum bangun, akhirnya bapak-bapak yang di belakang pak supir yang membangunkan dengan menepuk pak supir dengan cukup keras, haha. Si kenek kemudian memberi seplastik kopi panas. Jreng! Seakan matanya terbuka kembali dan memacu bus dengan kencang, haha.

Cukup was-was saya sejak itu, tetapi saya tidur saja, haha. Sesekali saya terbangun saat bus berhenti menurunkan penumpang seperti di Banjar, Banjarsari, dan Ciamis. Sekitar pukul setengah lama saya terbangun, melihat ke kiri dan kanan masih gelap, kemudian saya tayamum dan Salat Subuh. Bus masih melaju selesai saya salat, sudah sembilan jam bus berjalan tetapi kami belum tiba juga.

Sekitar pukul setengah enam, papan petunjuk jalan sudah terlihat arah menuju Pangandaran. Berarti tidak jauh lagi kami sampai Pangandaran. Dan benar, tepat pukul enam bus tiba di Terminal Pangandaran yang cukup sepi. Bulat sepuluh jam (dari jam 8 malam hingga jam 6 pagi) perjalanan telah kami tempuh, badan sudah pegal-pegal dan kaku-kaku, kini saatnya menikmati alam Pangandaran. Terima kasih bus Budiman yang telah mengantarkan kami menyusuri diagonal Jawa Barat.

peta dari Depok menuju Pangandaran

Persiapan ke Pangandaran dan Green Canyon

Kamis lalu, tepatnya tanggal 21 Juli 2011, saya dan dua teman saya akhirnya (setelah ditunda satu minggu) jadi pergi juga ke Pangandaran. Rencana awalnya ada lima orang yang berangkat, tetapi dua rekan saya memutuskan untuk tidak ikut. Jadilah kami bertiga lanjut tanpa ragu-ragu ke pantai indah di ujung selatan Jawa Barat ini.

Kami bertiga, saya, Ade, dan Haris, memutuskan pergi malam hari dari Terminal Depok. Sebenarnya ada dua opsi, berangkat dari Terminal Depok dengan bus Budiman tujuan Depok – Pangandaran atau dari Terminal Kampung Rambutan dengan bus Perkasa Jaya tujuan Kampung Rambutan – Pangandaran. Setelah ditimbang-timbang waktu tempuh menuju terminal, kami memutuskan naik bus Budiman dari Terminal Depok saja.

Selesai kuliah jam 5, saya langsung ke kamar kos. Mengganti isi ransel saya yang sebelumnya buku pelajaran dengan pakaian, alat mandi, kamera, minuman, makanan, dll. Oiya berdasarkan pengalaman saya kali ini membawa steker T agar kami bisa sekalian untuk men-charge hape atau kamera. Selesai packing, saya makan dulu dan salat Maghrib gabung Isya. Kemudian menuju halte bis kuning bertemu Haris.

Saya dan Haris berangkat dari UI, sedangkan Ade sudah menunggu di Terminal Depok karena sebelumnya ada kegiatan kampus di sana. Kami berdua naik angkot dari depan Gramedia Margonda menuju terminal. Sampai terminal pukul 19.15, bus Budiman sudah terparkir di sana. Awalnya saya kira busnya yang ber-AC, tapi ternyata tidak. Kata Ade, bus yang ber-AC sedang rusak. Hm, ada positif dan negatifnya, positifnya lebih hemat dan negatifnya kurang nyaman. Pukul 20.10, bus berjalan keluar terminal, mulai menapaki protokol Kota Depok.

Yeay, perjalanan panjang dimulai. Berdoa dulu, semoga selamat sampai tujuan.

Thursday 4 August 2011

Indonesia untuk Dunia: Memory of the World

UNESCO established the Memory of the World Programme in 1992. Impetus came originally from a growing awareness of the parlous state of preservation of, and access to, documentary heritage in various parts of the world.War and social upheaval, as well as severe lack of resources, have worsened problems which have existed for centuries. Significant collections worldwide have suffered a variety of fates. Looting and dispersal, illegal trading, destruction, inadequate housing and funding have all played a part. Much as vanished forever; much is endangered. Happily, missing documentary heritage is sometimes rediscovered.


1. Archives of the Dutch East India Company

The Dutch East India Company (VOC, Verenigde Oostindische Compagnie), founded in 1602 and liquidated in 1795, was the largest and most impressive of the early modern European trading companies operating in Asia. About twenty-five million pages of VOC records have survived in repositories in Jakarta, Colombo, Chennai, Cape Town, and The Hague. The VOC archives make up the most complete and extensive source on early modern world history anywhere with data relevant to the history of hundreds of Asia’s and Africa’s former local political and trade regions.


Additional information is available at the website www.tanap.net.

Year of submission: 2003
Year of inscription: 2003
Country: Netherlands, India, Indonesia, South Africa and Sri Lanka

2. La Galigo

La Galigo is a poetic text set in a strict metre and using a particular Bugis vocabulary. Its language is considered beautiful and difficult. The work is also known by the name Sureq Galigo. Dating from approximately the 14th century and with its origin in oral traditions, its contents are pre-Islamic and of an epic-mythological nature of high literary quality. The size of the whole work is enormous (an estimated 6000 folio pages) and may be considered as the most voluminous literary work in the world.

Year of submission: 2010
Year of inscription: 2011
Countries: Indonesia and The Netherlands


sumber:
UNESCO

Tuesday 2 August 2011

Taman Nasional di Indonesia

Taman Nasional adalah kawasan pelestarian alam yang mempunyai ekosistem asli, dikelola dengan sistem zonasi yang dimanfaatkan untuk tujuan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya, pariwisata, dan rekreasi (pasal 1 butir 14 UU No. 5 Tahun 1990).

Kawasan Pelestarian Alam adalah kawasan dengan ciri khas tertentu, baik di darat maupun di perairan yang mempunyai fungsi perlindungan sistem penyangga kehidupan, pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa, serta pemanfaatan secara lestari sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya (Pasal 1 butir 13 UU No. 5 Tahun 1990).

Berikut ini daftar Taman Nasional yang ada di Indonesia:
  • Taman Nasional di Pulau Sumatera
  1. Taman Nasional Gunung Leuser *) **) *****)
  2. Taman Nasional Batang Gadis
  3. Taman Nasional Siberut **)
  4. Taman Nasional Tesso Nilo
  5. Taman Nasional Kerinci Seblat *) *****)
  6. Taman Nasional Bukit Tiga Puluh
  7. Taman Nasional Bukit Duabelas
  8. Taman Nasional Berbak ***)
  9. Taman Nasional Sembilang ***)
  10. Taman Nasional Bukit Barisan Selatan *) *****)
  11. Taman Nasional Way Kambas
  • Taman Nasional di Pulau Jawa
  1. Taman Nasional Ujung Kulon *) *****)
  2. Taman Nasional Kepulauan Seribu
  3. Taman Nasional Gunung Halimun Salak
  4. Taman Nasional Gunung Gede Pangrango **)
  5. Taman Nasional Gunung Ciremai
  6. Taman Nasional Karimunjawa
  7. Taman Nasional Gunung Merbabu
  8. Taman Nasional Gunung Merapi
  9. Taman Nasional Bromo Tengger Semeru
  10. Taman Nasional Meru Betiri
  11. Taman Nasional Baluran
  12. Taman Nasional Alas Purwo
  • Taman Nasional di Bali dan Nusa Tenggara
  1. Taman Nasional Bali Barat
  2. Taman Nasional Gunung Rinjani
  3. Taman Nasional Komodo *) **) *****)
  4. Taman Nasional Kelimutu
  5. Taman Nasional Manupeu Tanah Daru
  6. Taman Nasional Laiwangi Wanggameti
  • Taman Nasional di Pulau Kalimantan
  1. Taman Nasional Gunung Palung
  2. Taman Nasional Danau Sentarum ***)
  3. Taman Nasional Betung Kerihun ****)
  4. Taman Nasional Tanjung Puting **)
  5. Taman Nasional Bukit Baka-Bukit Raya
  6. Taman Nasional Sebangau
  7. Taman Nasional Kayan Mentarang
  8. Taman Nasional Kutai
  • Taman Nasional di Pulau Sulawesi
  1. Taman Nasional Bunaken ****)
  2. Taman Nasional Bogani Nani Wartabone
  3. Taman Nasional Lore Lindu **)
  4. Taman Nasional Kepulauan Togean
  5. Taman Nasional Bantimurung-Bulusaraung
  6. Taman Nasional Taka Bonerate ****)
  7. Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai ***)
  8. Taman Nasional Wakatobi ****)
  • Taman Nasional di Maluku dan Papua
  1. Taman Nasional Aketajawe-Lolobata
  2. Taman Nasional Manusela
  3. Taman Nasional Teluk Cenderawasih
  4. Taman Nasional Lorentz *) *****)
  5. Taman Nasional Wasur ***)

Keterangan:
*) UNESCO World Heritage Lists
**) UNESCO World Biosphere Reserve Lists
***) Ramsar Sites
****) UNESCO World Heritage Tentative Lists
*****) ASEAN Heritage Sites

Sumber:
Kementerian Kehutanan RI
ASEAN Heritage Site (Wikipedia)

Indonesia untuk Dunia: Ramsar Sites

Konvensi Ramsar adalah perjanjian internasional untuk konservasi dan pemanfaatan lahan basah secara berkelanjutan. Nama resmi konvensi ini adalah The Convention on Wetlands of International Importance, especially as Waterfowl Habitat. Konvensi Ramsar diratifikasi pemerintah Indonesia pada tahun 1991 melalui Keputusan Presiden RI No. 48 tahun 1991. Di Indonesia terdapat 5 situs Ramsar dengan luas total 964.600 hektar.

Taman Nasional Berbak merupakan kawasan pelestarian alam untuk konservasi hutan rawa terluas di Asia Tenggara yang belum terjamah oleh eksploitasi manusia. Keunikannya berupa gabungan yang menarik antara hutan rawa gambut dan hutan rawa air tawar yang terbentang luas di pesisir Timur Sumatera.

Ditetapkan: 8 April 1992
Luas: 162.700 ha

Taman Nasional Sembilang merupakan perwakilan hutan rawa gambut, hutan rawa air tawar, dan hutan riparian (tepi sungai) di Provinsi Sumatera Selatan.

Ditetapkan: 6 Maret 2011
Luas: 202.896 ha

Taman Nasional Danau Sentarum merupakan perwakilan ekosistem lahan basah danau, hutan rawa air tawar dan hutan hujan tropik di Kalimantan.

Ditetapkan: 30 Agustus 1994
Luas: 80.000 ha

Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai merupakan perwakilan tipe ekosistem hutan hujan pegunungan rendah, hutan bakau, hutan pantai, savana, dan hutan rawa air tawar di Sulawesi.

Ditetapkan: 6 Maret 2011
Luas: 105.194 ha

Taman Nasional Wasur merupakan perwakilan dari lahan basah yang paling luas di Papua dan sedikit mengalami gangguan oleh aktivitas manusia.

Ditetapkan: 16 Maret 2006
Luas: 413.810 ha


sumber:
Ramsar Site
Kementeriaan Kehutanan RI
Wikipedia
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...