Thursday, 26 May 2011

Bukittinggi: Bertualang dengan "Teman Baru"

Alhamdulilah kami langsung saling mengenali. Berkenalan sebentar, kemudian kami ngobrol. Uda Andry banyak cerita tentang pengalamannya selama tergabung dengan CouchSurfing, kami menceritakan agenda kami selama di Sumatera Barat ini. Kemudian kami betiga beranjak pergi menuju Pasar Atas karena sebelumnya saya me-request Uda Andry untuk mengantarkan kami ke tempat oleh-oleh di Bukittinggi. Selama jalan kaki menuju tempat yang Uda Andry rekomendasikan, kami saling berkomunikasi. Saya dan teman saya banyak bertanya mengenai Bukittinggi atau Sumatera Barat. Sampai di toko, kami membeli pernak-pernik kecil buah tangan untuk orang rumah atau teman di kampus.

Oleh-oleh di Pasar Atas

Selesai membeli ini itu, Uda Andry menawarkan kita menuju Pasar Bawah tepatnya ke Rumah Kelahiran Bung Hatta. Untuk menuju lokasi kita melewati Janjang 40 (Jenjang Empat Puluh). Sebenarnya ada lebih dari 40 anak tangga, tapi ada yang mengatakan Janjang 40 dihitung dari anak tangga yang tajam. Kemudian kami berjalan kurang lebih 500 meter untuk sampai ke lokasi.

Janjang 40

Sisi depan Rumah Kelahiran Bung Hatta

Dari luar, rumah ini sangat sederhana dan sangat terawat. Rumah bercat putih ini terletak di Jalan Soekarno-Hatta. Di dalam rumah ini banyak foto-foto Bung Hatta dan keluarga. Selain itu, perabot rumah tangga seperti meja, kursi, tempat tidur, dan lemari juga masih dirawat. Sungguh serius pemerintah setempat dalam mengelola tempat lahir Sang Proklamator. Rumah ini terdiri dari dua lantai dan kamar tempat Bung Hatta lahir ada di lantai 2. Di bagian belakang rumah ada gudang tempat penyimpanan kendaraan, dapur, kamar mandi, dan kamar bertuliskan ‘kamar bujang’. Di samping rumah juga terdapat kandang kuda. Sangat senang rasanya mendapat kesempatan mengunjungi tempat ini.

Rumah Kelahiran Bung Hatta

Selesai mengabadikan spot-spot menarik, kami bertiga melanjutkan perjalanan. Uda Andry mengajak kami kembali ke Pasar Atas melalui jalan yang berbeda. Ternyata Uda Andry mengajak kami mampir dulu untuk makan nasi kapau. Katanya belum datang ke Bukittinggi kalo belum makan nasi kapau. Tak bisa ditolak nih, apalagi kami dibayarin Uda Andry. Sungguh sangat nikmat rasanya makan siang kali ini. Saya pun makan sambil keringatan karena lidah saya jarang mencicipi cabe dan kali ini segala yang dimakan berbumbu pedas. Tak apa lah sekali-kali. Oh iya, terima kasih ya Uda atas welcoming lunch-nya.

Selesai makan dan arlojiku sudah menunjukkan pukul 12 siang, kami kembali ke hotel. Rencana kami berikutnya adalah menuju kota kedua, kota yang terkenal dengan tambang batubaranya, yakni Sawahlunto. Berdasarkan googling di internet dan bertanya kepada orang hotel, untuk menuju Sawahlunto kami harus menuju Terminal Aur Kuning dulu kemudian menggunakan travel Emkazet (MKZ) tujuan Bukittinggi – Sawahlunto. Kami check-out dan bersama Uda Andry menuju terminal menggunakan angkot. Beruntung bagi kami karena rumah orang tua Uda Andry dekat dengan terminal jadi kami ada teman hingga terminal.

Sekitar 20 menit di dalam angkot, kami tiba di Terminal Aur Kuning yang sangat ramai, baik oleh bus dan truk, juga ramai oleh manusia. Terminal ini kata Uda Andry juga merupakan transit barang dagangan dari kota-kota besar di Sumatera untuk didistribusikan di wilayah Sumatera Barat. Kemudian kami mencari loket MKZ yang terletak di pojok. Beruntung masih ada tiket untuk 2 orang dan kami hanya perlu menunggu lima belas menit. Tiket Bukittinggi – Sawahlunto sebesar 15.000 rupiah. Pukul satu siang, mobil datang, kami mengucapkan terima kasih yang teramat sangat kepada Uda Andry yang baik hati mau mengajak kami jalan-jalan dan membelikan kami makan siang yang enak. Kami naik dan duduk sesuai nomor yang tertera di tiket kami. Selamat tinggal Bukittinggi! Terima kasih Uda Andry!!

No comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...