Keesokan paginya saya bangun jam setengah enam, mandi kecil-kecilan dan salat Subuh. Lalu saya membangunkan teman saya. Rencananya pagi ini kami akan berkeliling lagi. Starting point-nya tetap, Jam Gadang. Di seputar Jam Gadang ini terdapat Istana Bung Hatta dan sebuah tugu yang bernama Tugu Pahlawan Tak Dikenal. Rute kami pagi ini adalah menuju ke arah Benteng Fort de Kock dengan menyusuri Jalan Ahmad Yani. Bukittinggi di pagi ini sungguh sepi sekali. Jika kemarin siang jalanan ini disesaki mobil dan pendatang, pagi ini masih nampak kosong melompong. Keputusan yang tepat memperoleh ketenangan di kota ini.
Toko-toko di bilangan Jam Gadang masih tutup, mobil-mobil tak ada yang melintas, sungguh damai pagi ini. Kami terus melintas ke arah Pasar Bawah. Dari kejauhan terlihat sebuah jembatan yang unik. Tebakan saya ini adalah Jembatan Limpapeh. Jembatan Limpapeh adalah jembatan yang menghubungkan Benteng Fort de Kock dengan Kebun Binatang Kinantan. Kami terus melaju hingga menemui patung Imam Bonjol di atas kudanya. Kemudian belok ke kiri ke Jalan Teuku Umar dan Jalan A. Karim. Sekitar pukul delapan kami kembali ke hotel untuk istirahat sebentar.
Kami mendapat breakfast, (setengah) teh manis dan (setengah) roti bakar (keras). Sembari istirahat, saya internetan dengan handphone saya. Membuka akun CouchSurfing dan ada pesan masuk dari Uda Andry, ia memberi nomor handphone di pesannya tersebut dan memberikan tawaran untuk jalan-jalan bersama. Langsung detik itu saya kirim sms saja. Kemudian Uda Andry menelepon saya, kami mengobrol sekitar sepuluh menit dan akhirnya membuat janji untuk bertemu. Kami sama sekali tidak kenal dan belum pernah bertemu sebelumnya, tetapi karena situs CouchSurfing inilah kami bisa mengenal satu sama lain dan saling percaya. Masih ada dua jam waktu kosong sebelum janjian dengan Uda Andry. Kami bereskan barang-barang kami dan pergi keluar lagi untuk cari sarapan.
Kami memilih sarapan lontong sayur yang lokasinya di dekat hotel ini. Selesai makan dan membayar, kami kembali ke Benteng Fort de Kock yang tadi pagi masih tutup. Membayar Rp5.000 rupiah bisa masuk ke Fort de Kock dan Kebun Binatang Kinantan. Ini nih liburan murah meriah. Fort de Kock awalnya saya pikir berukuran besar, tetapi ternyata ukurannya kecil malah bisa disebut ini adalah gardu pengawas saja. Kelebihan Fort de Kock ini mungkin adalah lokasinya yang berada di atas bukit. Dari sini bisa terlihat Balaikota Bukittingi dan di lain sisi terlihat pula Jam Gadang. Di area ini juga terdapat wahana outbound. Selesai memutari taman di sekitar Fort de Kock kami menuju Jembatan Limpapeh.
Jembatan Limpapeh ini terlihat kokoh dan sangat strategis untuk melihat pemandangan dari ketinggian. Meniti jembatan ini, kami memasuki area kebun binatang dan tidak perlu membayar tiket masuk lagi. Kami disambut burung-burung dara yang terlihat akrab dengan manusia. Di kebun binatang ini terdapat beraneka jenis binatang, mulai dari unggas hingga gajah, harimau, dan beruang. Selain itu, Rumah Gadang Baanjuang terlihat menonjol di tengah-tengah kebun binatang ini. Selesai mengambil gambar dari depan, kami masuk ke dalam dengan membayar tiket masuk seribu rupiah.
Rumah gadang ini bisa dibilang museum karena menampilkan beragam budaya, kerajinan, dan barang-barang peninggalan khas Bukittinggi. Juga ada diorama pelaminan Minang yang meriah. Cukup indah dan terawat interior Rumah Gadang Baanjuang ini. Kami tak menghabiskan waktu lama karena Uda Andry sudah meng-sms-ku dan menunggu di warung kopi depan Hotel The Hills. Saat keluar dan kembali menuju Jembatan Limpapeh, kami diberi momen indah oleh burung merak di sini. Ia mengobarkan kecantikannya. Sungguh sangat indah bulunya. Setelah mengambil gambar, kami pun menyegerakan menuju warung kopi tempat Uda Andry menunggu. Selamat tinggal merak!
No comments:
Post a Comment