Kawasan Saringan Sawahlunto
Tak sampai sepuluh menit berjalan kaki, kami sudah berada di Kawasan Saringan. Ukuran ketiga silo memang luar biasa besar seakan mempertontonkan kejayaan masa lalu tambang batubara Sawahlunto. Di samping silo terdapat sizing plant berukuran raksasa juga. Juga terdapat rel yang terhubung ke Kawasan Saringan ini. Bisa dibayangkan betapa sibuk dan megahnya Sawahlunto saat itu. Hijaunya rumput menambah keindahan dan kekokohan Kawasan Saringan ini.
Kami beranjak melewati jembatan menuju stasiun kereta api. Museumnya belum buka kami hanya melewatinya. Kami melanjutkan perjalanan dan melintas menuju Masjid Agung Nurul Islam. Setitik bulan masih terlihat di atas langit masjid. Menara masjid masih berdiri dengan kokoh. Kemudian kami kembali masuk ke kawasan Pasar dan Terminal Sawahlunto. Tujuan kami selanjutnya adalah Lobang Tambang Mbah Soero.
Kota Sawahlunto mengingatkan saya dengan Kota Ubud di Bali yang damai dan sangat terawat. Tak lama kami tiba di lingkungan Lobang Tambang Mbah Soero. Kami masuk ke Galeri Tambang Batubara Kota Sawahlunto (disebut juga Gedung Info Box) yang terletak tepat di depan Lobang Mbah Soero. Masuk ke galeri ini tidak perlu mengeluarkan biaya sepeser pun alias gratis. Galeri ini cukup modern dengan warna bangunan yang cerah dan menarik. Benda-benda yang ditampilkan dipajang dengan tepat sehingga dapat membuat orang yang mengunjungi senang membaca sejarahnya.
Di galeri ini ditampilkan gambar-gambar dari masa ke masa tentang Kota Sawahlunto. Ada pula gambar Bung Karno dan Bung Hatta saat mengunjungi Kota Sawahlunto. Kemudian bangunan-bangunan Sawahlunto zaman dulu. Selain itu ada juga sejarah ditemukannya pertama kali batubara di Sawahlunto ini. Kemudian dibagun infrastruktur penunjang kegiatan pertambangan. Semuanya lengkap ada di info box ini. Dipajang pula perlengkapan yang diperlukan untuk menambang dari masa ke masa dan juga sejarah Lobang Mbah Soero ini.
Selesai menambah ilmu dan pengetahuan di galeri batubara ini, kami ke luar dan menuju Lobang Mbah Soero. Pintunya masih dikerangkeng, belum dibuka. Ada pak penjaga di situ yang menawarkan untuk masuk ke dalam. Kami melihat-lihat dulu sekeliling. Kami belum berniat untuk turun ke bawah, mungkin nanti siang ada waktu untuk masuk ke lobang itu. Kemudian kami pamit ke bapaknya dan kembali ke hotel untuk sarapan dan mandi.
di deket silo itu masih ada komplek perumahan ngga? dulu saya tinggal disana hehehe, nice blog :D
ReplyDeleteDi sekitar silo masih ada perumahan kok, wah warga Sawahlunto ya sebelumnya? terima kasih sudah berkunjung :)
Delete