Sejujurnya, perjalanan ke Toraja jauh dari rencana awal kami. Mungkin hanya ada di Plan Z. Akan tetapi, ajakan dari Bella mengubah segalanya. Bella menawarkan kepada kami untuk berkunjung ke rumahnya di Parepare dan "mampir" ke Toraja. Wheeeeew, suatu tawaran yang sulit untuk ditolak, haha. Akhirnya, masuklah Toraja dalam rute perjalanan kami. Yeay!
Kami memulai perjalanan ke Toraja dari Parepare. Perjalanan Toraja-Parepare memakan waktu 4 jam dengan jalur yang super duper wow alias belak belok tajam yang sangat memusingkan. Belum selesai belok kanan, jalanan udah belok kiri, menanjak pula, sukses membuat penumpang pusing dan mual. Setelah perut kami dikocok, kami tiba di Toraja pukul 12 siang.
Objek wisata pertama yang kami kunjungi adalah Londa. Londa ini terletak sebelum Kota Rantepao, ibukota Kab. Toraja Utara. Di Londa ini terdapat bukit dan goa alami yang dijadikan pemakaman (meletakkan peti mati) masyarakat Toraja. Dinding-dinding tebing dan goanya banyak terdapat peti-peti mati. Tak hanya di dinding dan di dalam goa, lereng bukit pun juga menjadi tempat untuk meletakkan peti mati. Semakin tinggi peti mati diletakkan menunjukkan derajat orang di dalam peti mati tersebut juga semakin tinggi semasa hidupnya.
Londa tidak di pusat kota dan petunjuk jalan menuju lokasi tidak terlalu besar, sehingga Anda sebaiknya memperhatikan petunjuk jalan lebih teliti. Tiket masuk Londa sebesar Rp5.000/orang dengan harga sewa lampu petromak sebesar Rp25.000/lampu. Penyewaan lampu ini sebenarnya opsional dan sangat bermanfaat apabila Anda ingin masuk ke dalam goa. Ada guide yang akan mengantarkan Anda berkeliling dengan tip sukarela. Di Londa juga terdapat penjual souvenir khas Toraja.Objek wisata kedua yang kami datangi di Toraja adalah Ketekesu. Ketekesu ini terletak lebih dekat dengan Kota Rantepao. Nah, di Ketekesu ini menampilkan kompleks rumah adat Toraja, Tongkonan yang atapnya berbentuk seperti perahu. Ini merupakan salah satu spot primadona di Toraja karena menampilkan keindahan arsitektur Toraja. Di Ketekesu ini kita juga dapat masuk ke dalam rumahnya.
Selain rumah adat Toraja, di Ketekesu ini juga terdapat area pemakaman seperti di Londa. Bedanya adalah dinding-dinding untuk meletakkan peti mati di sini tidak alami alias buatan manusia, seperti dilubangi atau disemen.
Tiket masuk di Ketekesu sama seperti Londa, sebesar Rp5.000/orang. Ketekesu ini terkenal dengan arsitekturnya yang sangat khas Toraja. Di Ketekesu ini kami menyempatkan piknik sejenak memakan makanan yang dibawa. Kami sengaja membawa makanan karena di Toraja agak sulit menemukan makanan halal. Bukan tidak ada rumah makan yang menjual makanan halal, namun jarang.
Setelah dari Ketekesu, kami mampir sejenak ke Pasar Rantepao untuk membeli titipan orang tua Bella. Kemudian kami kembali ke Parepare dengan jalur yang sama. Di tengah perjalanan, kami mampir dahulu di tepi jurang, tepatnya di Gunung Nona, Kabupaten Enrekang. Nama aslinya sebenarnya adalah Buntu Kabobong (dalam bahasa Enrekang artinya eksotis), tetapi lebih dikenal dengan nama Gunung Nona karena bentuk gunungnya yang unik dan eksotis. menyempatkan berfoto sejenak, kemudian kami melanjutkan perjalanan karena matahari sudah berpaling dari kami. One day trip ke Toraja ditutup dengan eksotis!
Selain Londa, Ketekesu, Rantepao, masih ada banyak spot-spot menarik di Toraja, seperti Batutumonga, Lemo. Kami tidak sempat mengunjungi spot yang lain karena keterbatasan waktu. Bagi Anda yang ingin ke Toraja dan mengeksplor lebih, sebaiknya bermalam di Rantepao.
No comments:
Post a Comment