Friday 27 July 2012
Catatan #GrandTour (Kalimantan Timur)
Perjalanan kami berlanjut ke pulau ketiga, yakni Kalimantan, yeah. Setelah keliling Sulawesi (cerita di sini), di hari ketujuh kami terbang dari Makassar ke Balikpapan untuk melanjutkan tur kami. Selama di Kalimantan kami menikmati hutan Kalimantan di Bukit Bangkirai, wisata religi di Samarinda, wisata budaya di Desa Pampang, dan wisata air di Pulau Beras Basah!
Hari 7: Makassar – Balikpapan – Bontang
Pagi-pagi sekali, kami sudah harus bersiap diri. Pesawat tujuan Makassar - Balikapapan yang kami tumpangi berangkat pukul 6 pagi. Perjalanan Makassar - Balikpapan ditempuh selama satu jam sepuluh menit. Akhirnya kami tiba di pulau ketiga, Kalimantan. Girang sekali kami karena impian berada di pulau terbesar ketiga di dunia tergapai. Tak menyia-nyiakan waktu, kami langsung menaiki mobil sewaan dan bersiap menuju Kota Bontang. Di tengah perjalanan, kami menyempatkan diri mampir ke Samarinda Islamic Center yang sungguh megah. Letaknya di tepian Sungai Mahakam membuat masjid ini semakin memesona. Kemudian kami mampir ke tempat kedua untuk meningkatkan adrenalin, takni ke Jembatan Tajuk (Canopy Bridge) di Bukit Bangkirai. Inilah satu-satunya jembatan tajuk di Indonesia. Jembatan ini menghubungkan satu pohon dengan pohon lainnya. Tinggi jembatan mencapai 20 meter. Bayangkan apa yang Anda rasakan di atas ketinggian 20 meter dengan berpijak di atas papan kayu. Pasti adrenalin akan berdebar kencang. Setelah puas mendebarkan diri, kami melanjutkan perjalanan ke Bontang. Waktu tempuh Balikpapan - Bontang yang wajarnya ditempuh 5 jam, kami tempuh selama 9 jam.
Hari 8: Pulau Beras Basah, Bontang
Hari kedua di Kalimantan, kami akan mampir sejenak ke pulau keempat, yakni Pulau Beras Basah. Pulau Beras Basah ini termasuk wilayah Kota Bontang dengan dikelilingi Selat Makassar. Perjalanan kami ke Pulau Beras Basah menggunakan ketinting (perahu kecil) selama 45 menit. Harga sewa ketinting Rp450.000 dengan kapasitas bisa mencapai 20 orang. Tiba di Beras Basah, matahari seakan membela kami juga menghukum kami. Langitnya yang cerah membuat pulau dan pantai menjadi kombinasi yang sempurna. Tapi karena kami terletak di atas garis Khatulistiwa, panasnya sinar matahari membuat kulit kami gosong seketika. Snorkeling sambil berenang-renang kecil mengitari pulau cukup bagi kami yang rindu akan deburan ombak. Sebenarnya pulau ini sangat potensial untuk lebih dikembangkan sebagai destinasi wisata. Namun, nampaknya Pemkot Bontang sudah terlalu sibuk dengan perusahaan-perusahaan besar yang ada di kota ini. Jadi, fasilitas di Beras Basah hanya ala kadarnya saja. Selesai menyantap makan siang yang kami bawa, kami kembali ke kota dan tertidur pulas kelelahan.
Hari 9: Bontang – Samarinda
Perjalanan kami sudah mendekati akhir. Di hari kesembilan, kami menuju Samarinda menggunakan bus. Rencana kami di Samarinda adalah menikmati wisata budaya Dayak. Kami mengunjungi salah satu desa Suku Dayak, yakni Desa Budaya Pampang. Di desa ini setiap hari Minggu pukul 1 siang diadakan pertunjukkan tari-tarian adat khas Dayak. Beruntung kami tiba di Samarinda pada hari Minggu, kesempatan ini tidak kami lewatkan. Di Desa Pampang ini seluruh elemen warga Dayak, mulai dari anak kecil hingga orang dewasa menunjukkan tarian Dayak diiringi alat musik khas Dayak. Pertunjukkan berlangsung selama satu jam. Dengan biaya masuk Rp15.000 rupiah, Anda dapat melihat langsung kebudayaan Dayak, menari bersama, dan memperoleh cenderamata khas Desa Pampang. Selain itu, Anda juga dapat berfoto bersama masyarakat Dayak dengan biaya tambahan Rp25.000 tiap foto.
Hari 10: Samarinda – Balikpapan – Jakarta
Perjalanan kami sudah berakhir. Sebelum ke Bandara Sepinggan Balikpapan, kami singgah ke toko oleh-oleh di Samarinda untuk membeli amplang khas Samarinda. Mobil travel sudah siap mengantar kami ke kota terakhir, Balikpapan. Momen-momen dinginnya Bromo, mistisnya Toraja, panasnya Bontang, dan uniknya Suku Dayak akan menjadi pengalaman berharga yang tidak akan kami lupakan. Pukul 6.15 malam maskapai low-cost carrier nasional mengantarkan kami kembali ke Jakarta. Perjalanan kami sudah selesai, namun rasa cinta kami akan selalu ada dan semakin tebal untuk Indonesia tercinta.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
mas, kalo naik kkapal etintingnya ke pulau, itu mesti nyewa perahu sendiri ato gmana?
ReplyDeleteiya betul, atau kalo ada kenalan yang kerja di LNG Badak bisa naik boat mereka, hehe
Delete