Patung penganten mengenakan pakaian khas Lampung
Selesai dengan urusan perut dan oleh-oleh saya menuju ke salah satu landmark Kota Bandar Lampung, yakni Monumen Gajah Adipura. Letaknya di ujung jalan Radin Inten di sebuah perempatan jalan utama di kota ini. Perjalanan menuju monumen ini saya menemui patung sepasang pengantin yang mengenakan pakaian adat khas Lampung. Kemudian saya melanjutkan perjalanan ke arah Teluk Betung. FYI, Kota Bandar Lampung ini adalah gabungan dari dua kota yaitu, Tanjung Karang dan Teluk Betung. Teluk Betung sesuai namanya terletak lebih dekat dengan perairan daripada dengan Tanjung Karang.
Monumen Gajah Adipura
Masjid Agung Al-Furqaan Bandar Lampung
Perjalanan saya lanjutkan dan saya menemui sebuah masjid besar. Masjid ini bernama Masjid Agung Al-Furqaan Bandar Lampung. Saya sempatkan dulu salat Dzuhur di sini. Selesai salat, saya kembali melanjutkan perjalanan. Tujuan saya berikutnya adalah Monumen Krakatau yang merupakan bentuk peringatan atas meletusnya gunung ini. Monumen in terletak dekat dengan Kantor Gubernur Lampung. Saya memanfaatkan fasilitas peta dan handphone saya selama perjalanan ini. Saya terus berjalan menggerakkan kaki-kaki saya untuk mencapainya. Cukup lelah tapi pasti seru, hehe.
Ornamen khas Lampung di sekitar Kantor Gubernur Lampung
Setelah kira-kira berjalan selama 45 menit akhirnya ketemu juga dengan Kantor Gubernur Lampung. Banyak masyarakat yang bersantai di sana. Yang muda bermain bersama dan yang tua bermain bersama anak-anaknya. Saya melanjutkan berjalan menuju Monumen Krakatau yang letaknya tak jauh dari sini. Sekitar lima menit, akhirnya saya tiba di sebuah taman yang di tengah-tengahnya terdapat Monumen Krakatau ini. Suasana di taman ini cukup ramai oleh anak-anakn yang berlari-larian. Selesai menlihat monumen ini, saya berencana beristirahat sebentar sambil menghabisi waktu untuk menunggu bus Damri nanti malam. Saya naik angkot ke arah Jalan Radin Inten.
Monumen Krakatau
Waktu menunggu masih sekitar empat jam lagi. Saya memutuskan untuk ke toko buku. Saya titipkan tas dan membaca-baca buku di toko buku ini. Saya pikir sudah cukup lama saya membaca, tetapi masih tiga jam lagi waktu untuk ke pool Damri. Saya ke luar dari toko buku itu untuk melaksanakan salat. Selesai salat, saya mencari tempat yang enak untuk makan. Cukup banyak waktu bengong yang saya lakukan, akhirnya pukul delapan saya mengambil tas saya di toko buku dan berjalan menuju Stasiun Tanjung Karang.
Kota Bandar Lampung
Bandar Lampung di malam hari lumayan sepi. Di sisi-sisi jalan dibuka warung-warung nonpermanen yang menjual aneka rokok dan minuman, mulai dari minuman berenergi hingga minuman keras. Sekitar dua puluh menit berjalan, saya tiba di Stasiun Tanjung Karang. Sudah banyak orang di sana. Mereka memiliki tujuan yang sama seperti saya, menaiki Damri untuk ke Jakarta. Menunggu sebentar, akhirnya bus saya tiba di pool ini. Saya masuk ke dalam dan tak menunggu lama. Memejamkan mata dan melemaskan otot karena sungguh lelah petualangan saya selama seharian di kota ini. Pak sopir memasukkan gigi dan bus bergerak maju. Pengalaman yang sangat-sangat berharga buat saya. Good bye Lampung, Bumi Ruwa Jurai!
sdh 7 tahun gak kembali ke tanah kelahiranku,,, akhirnya tanggal 8 oktober besok, aku dan keluarga akan "sungkem" ke pangkuan ayah ibu ku,,, mendekap erat pusara eyang putriku tercinta,,, amien ya Alloh,,, yang terbaik semua akan terus Engkau berikan kepada hambaMu,,,
ReplyDelete