Monday 27 February 2012

Jogja: Aku Datang dan Semakin Cinta (2)

Hari kedua #LiburanJogja1 dimulai. Di hari kedua ini rencananya kami akan berlibur di dalam kota saja karena keterbatasan waktu dan cukup banyak destinasi yang akan dikunjungi. Pagi hari selesai breakfast di hostel, kami semua naik bus meluncur ke Benteng Vredeburg. Di benteng ini akan menjadi start untuk menjelajah kawasan Jogja Nol Kilometer . Jelajah ini dipandu rekan-rekan dari Arupadhatu Indonesia.

Pertama, kami diajak masuk ke Fort Vredeburg dan dijelaskan histori benteng ini secara khusus dan Kesultanan Jogja secara umum. Setelah penjelasan yang lumayan panjang, dapat disimpulkan bahwa benteng ini dibangun oleh Belanda untuk memantau aktivitas Keraton. Apabila ada gelagat Keraton yang berbahaya, Belanda dapat dengan jelas melihatnya dan bersiap mempertahankan diri bahkan menyerang.

Foto di taman Fort Vredeburg

Selanjutnya kami menuju depan Gedung Agung yang terletak di seberang Fort Vredeburg. Di sini dijelaskan bahwa fungsi Gedung Agung ini awalnya adalah untuk tempat tinggal Residen dan Gubernur Belanda. Kemudian difungsikan sebagai tempat tinggal presiden saat Indonesia beribukota di Jogja dan kini Gedung Agung menjadi salah satu istana kepresidenan.

Di seberang Gedung Agung, samping Fort Vredeburg, terdapat Monumen Serangan Umum 1 Maret 1949. Kemudian di sisi yang lain terdapat Bank Indonesia dan Kantor Pos. Bangunan-bangunan di Jogja Nol Kilometer ini terlihat sangat terawat karena memang kawasan ini merupakan salah satu primadona Kota Jogja. Selesai berbincang mengenai sejarah, kami bersiap ke destinasi selanjutnya, yakni Dagadu.

Di Dagadu ini, kami para peserta mendapat kesempatan berbelanja oleh-oleh khas Jogja. Kami memperoleh voucher Rp150.000 yang membuat puas setiap peserta, haha. Selesai memilih oleh-oleh, perjalanan dilanjutkan kembali menuju Roemah Pelantjong. Di Roemah Pelantjong ini saya mencoba kuliner khas Jogja, yakni gudeg manggar. Rasanya enak dan agak berbeda dari gudeg biasa karena gudegnya terbuat dari bunga pohon kelapa (disebut manggar). Mau tahu rasanya? Silakan kunjungi Jogja dan rasakan sendiri kenikmatannya.

Pementasan Naga Jawi dalam rangka Imlek

Hari kedua #LiburanJogja1 bertepatan dengan Imlek dan di Roemah Pelantjong ini sedang ditampilkan Naga Jawi, mirip-miriplah dengan Barongsai. Juga di sini, kami mendapat kesempatan untuk membuat bakpia dengan diajari oleh pemilik Bakpia Pia langsung. Kami mencoba membungkus bakpia dengan isi sesuai selera kami. Tentu saja tak hanya membuat, kami juga mencicipi bakpia yang merupakan salah satu makanan favorit saya, hehe. Kemudian kami mengobrol dengan founder Roemah Pelantjong, Pak Kafi Kurnia. Nah hasil obrolan ini menginfokan suatu konsep yang unik, "Djogdjakarta Slowly Asia". Mau tahu lebih lanjut klik di sini.

Setelah puas dihibur dengan penampilan Naga Jawi dan mengobrol seru di Roemah Pelantjong. Kami akan kembali ke Sheraton Mustika Yogyakarta Resort and Spa untuk melakukan closing ceremony. Perjalanan menuju Sheraton Jogja agak terhambat karena volume kendaraan di Jogja meningkat akibat long weekend. Banyak turis dari luar Jogja berkunjung ke Jogja.

Setibanya di Sheraton Jogja, kami diajak tur keliling hotel megah ini. Jadi Sheraton Jogja memiliki 8 lantai dengan lobi terletak di lantai 7. Terdapat pula 9 tipe kamar. Kami diajak melihat-lihat restoran, ruang pertemuan, spa, hingga kolam renang. Intinya Sheraton Jogja ini luar biasa indah dan cocok bagi Anda yang mencari kenyamaan dan pleasure.

Selesai berkeliling, tibalah saatnya closing ceremony. Perjalanan dua hari ke Gunungkidul dan mengelilingi Kota Jogja akan segera berakhir. Closing ceremony ini dihadiri perwakilan dari Dinas Pariwisata DIY juga GM Sheraton Jogja. Closing ceremony ini diisi dengan sambutan-sambutan, hiburan, kuis, pembagian bingkisan, juga pembacaan harapan para peserta #LiburanJogja1. Acara berlangsung menyenangkan dan juga sedikit kesedihan karena kebersamaan selama dua hari akan segera berakhir.

Foto seluruh panitia dan peserta saat closing ceremony

Saya mendapat banyak pengalaman berharga selama dua hari ini. Mengenal lebih dalam mengenai Jogja, mengenal lebih jelas karakter masyarakat Jogja juga budaya Jogja, mengetahui potensi pariwisata Jogja yang sangat banyak dan butuh perhatian lebih. Secara keseluruhan perjalanan saya ke Jogja kali ini membuat saya semakin cinta Jogja!!!

Sunday 26 February 2012

Jogja: Aku Datang dan Semakin Cinta (1)

Peserta dan panitia #LiburanJogja1 di Goa Pindul

Jogja memang istimewa. Inilah perasaan saya setelah melakukan perjalanan “istimewa” selama tiga hari di negeri para sultan ini. Sebuah perjalanan yang berbeda karena merupakan hadiah atas terpilihnya esai saya dalam sebuah kompetisi yang diadakan komunitas penggiat wisata di Jogja, yakni LiburanJogja. Delapan orang terpilih diajak untuk mengeksplor eksotisme Kabupaten Gunungkidul selama dua hari, 21-22 Januari 2012.

Saya tiba di Jogja pada hari Jumat (20/1) menggunakan travel dari Semarang. Saya bermalam di rumah saudara di daerah Muja Muju. Kalau ke Jogja saya hampir selalu bersilaturahmi ke sini. Esok paginya di hari Sabtu, saya dijemput tim LiburanJogja untuk memulai liburan “istimewa” ini. Di dalam mobil, sudah ada dua orang peserta lain, Tiara dari Jakarta dan Ines dari Bandung. Kami melaju menuju Edu Hostel Jogja di Jalan Letjend Suprapto. Di sana sudah ada Farisa dan Ira dari Bandung serta Mas Ibeng dari Jogja yang juga peserta. Jumlah peserta yang akhirnya ikut hanya enam orang. Kemudian kami meletakkan tas di kamar dan bersiap-siap menuju Sheraton Mustika Yogyakarta Resort and Spa dan melakukan opening ceremony.

Sheraton Jogja ini luar biasa indah dan megah. Terletak tak jauh dari Bandara Adisutjipto Jogja. Bangunannya unik karena lobi hotelnya terletak di lantai tujuh alias kamar-kamarnya berada di bawah tanah. Pemandangannya juga luar biasa. Angkernya Gunung Merapi dapat terlihat indah dari Sheraton Jogja ini. Opening ceremony dihadiri langsung oleh GM Sheraton Jogja juga founder dari komunitas LiburanJogja. Acara berjalan lancar dan seru dengan diselingi perkenalan serta games. Selesai pembukaan dilanjutkan makan pagi sebelum berangkat menuju Gunungkidul.

Di Gunungkidul, kami akan cavetubing di Goa Pindul, rafting di Sungai Oyo, dan diakhiri dengan mengunjungi Pantai Indrayanti. Gunungkidul memang memiliki sejuta potensi alam yang eksotis, mulai dari gunung purba, goa, sungai hingga pantai, semua ada. Namun, masalah yang dihadapi adalah kurangnya promosi untuk memopulerkan objek wisata di kabupaten terluas di Jogja ini. Untuk itulah, di #LiburanJogja1 ini kami diajak menikmati sendiri keindahan Gunungkidul dan diharapkan dapat membantu promosi pariwisata Gunungkidul.

Setelah kira-kira melakukan perjalanan selama 1,5 jam, kami tiba di Wonosari, ibukota Kab. Gunungkidul. Letak Goa Pindul dan Sungai Oyo sekitar 15 menit dari alun-alun kota. Jalan masuknya bagus dan bus berukuran kecil yang kami tumpangi ini cukup untuk masuk ke lokasi. Sesampainya di tempat, ternyata sudah banyak wisatawan yang bersiap menjelajah Goa Pindul, jadi kami harus menunggu giliran.
Nah, untuk nama Pindul sendiri ada ceritanya. Jadi dahulu kala ada seorang pangeran yang tampan gagah perkasa masuk ke goa ini. Di dalam goa, pipi sang pangeran membentur dinding goa. Dalam bahasa Jawa-nya pipi kebendul, dinamailah goa ini Goa Pindul (pipi kebendul). Unik ya.
Ibu-ibu Desa Bejiharjo sedang menampilkan Gejog Lesung

Selama menunggu, kami dihibur dengan persembahan Gejog Lesung dari ibu-ibu warga Desa Bejiharjo, yakni memukul lesung sehingga mengeluarkan irama yang indah. Beberapa dari peserta sempat mencobanya. Ternyata tak mudah untuk dapat mengeluarkan bunyi yang berirama dan kompak seperti yang ditampilkan oleh ibu-ibu tadi. Setelah sekitar satu jam lebih menunggu, akhirnya giliran kami untuk “bermain air” tiba. Dengan menggunakan jaket pelampung dan masing-masing membawa ban dalam berukuran besar yang sudah dimodifikasi, kami bertigapuluh (peserta + panitia) siap nyemplung ke air.

Perjalanan dari lokasi parkir kendaraan menuju Goa Pindul tidak jauh, hanya berjalan kaki 10 menit sudah tiba. Pertama kita melakukan cavetubing dulu di Goa Pindul. Cavetubing ini semacam masuk ke dalam goa horizontal yang dialiri sungai. Mulut Goa Pindul memang cukup besar dan air sungainya berwarna hijau. Perjalanan masuk ke goa dimulai dan kami semua membentuk satu rangkaian panjang.

Goa Pindul ini terbagi dalam 3 bagian, zona terang, zona remang-remang, dan zona gelap abadi. Sesuai namanya zona terang masih tersinari matahari, zona remang-remang masih mendapat sedikit sinar matahari, dan zona gelap abadi benar-benar gelap. Nah, di zona terang dan remang-remang kita masih bisa meihat dinding goa yang indah tanpa bantuan senter, tetapi untuk di zona gelap abadi dibutuhkan senter untuk dapat melihatnya. Di zona gelap abadi ini kami sempat melakukan semacam mengeningkan cipta untuk berdoa karena konon permintaan kita akan dikabulkan. Seru kan, pokoknya Goa Pindul ini keren deh.

Sekitar 45 menit kami melakukan cavetubing di Goa Pindul. Selanjutnya kami menuju Sungai Oyo yang lokasinya ditempuh dengan berjalan kaki selama 30 menit. Tidak akan melelahkan perjalanan menuju Sungai Oyo ini karena Anda akan ditemani dengan hijaunya sawah-sawah di sini, luar biasa. Setelah 30 menit, satu per satu kembali masuk ke sungai. Arusnya sedang, tidak terlalu besar juga tidak terlalu pelan. Beberapa panitia sempat ragu untuk masuk ke sungai. Saya yang sudah di-gembleng mantabnya arus Sungai Cijulang Green Canyon, langsung masuk saja. (cerita perjalanan: body rafting di Green Canyon)

Sepanjang rafting ini, arusnya biasa saja dan sempat melewati air terjun mini yang bisa kita loncati. Pemandangan unik ditawarkan tebing sungai. Alur batuannya membentuk pola tersendiri yang butuh penjelasan ahli geologi untuk mengetahui asal usulnya, hehe. Rafting sungai Oyo ini jika dibandingkan dengan Sungai Cijulang cukup jauh berbeda dari segi tantangannya. Di Sungai Oyo, lebih bersahabat bagi para pemula, anak-anak, dan ibu-ibu. Rute sepanjang 3 km ditempuh selama 1 jam lebih. Cukup menyenangkan bermain air di sini. Selanjutnya kami merapikan diri dan makan.

Plan selanjutnya adalah menuju Pantai Indrayanti. Walaupun langit sudah gelap, kami tetap melanjutkan malam menembus jalan raya Gunungkidul ke pantai selatan. Perjalanan ke Pantai Indrayanti kira-kira 1,5 jam. Setibanya di sana, kami hanya mendengar deburan ombak dan berfoto sejenak karena aktivitas berpantairia tidak memungkinkan. Ekspresi pertama saya di Pantai ini adalah fasilitasnya sudah cukup lengkap. Ada parkir bus, penginapan, restoran pinggir pantai ala Jimbaran, dan fasilitas lainnya. Jadi, cobalah untuk menikmati Pantai Indrayanti ini. Kemudian kami kembali ke bus untuk makan malam di Oemah Djowo dan bermalam di Edu Hostel Jogja. Hari pertama ini dipenuhi dengan gembira.

Thursday 9 February 2012

Semarang: Pengalaman Pertama Naik Kereta Bisnis

KA Fajar Utama Semarang

Kamis, 19 Januari 2012 lalu sedikit berbeda. Saya sudah siap sejak pagi buta untuk packing. Pagi itu saya akan menuju Semarang dilanjut Jogja selama 6 hari. Pukul 7.00 saya sudah tiba di Stasiun Pasar Senen. Dalam perjalanan kali ini saya memilih menggunakan kereta bisnis, KA Fajar Utama Semarang. Cukup deg-degan karena saya belum pernah naik kereta bisnis untuk jarak jauh. Bahkan saking deg-degannya saya sampai mencari di internet bagaimana pengalaman naik kereta bisnis.

Pukul 7.15 saya naik ke kereta. Penumpang di dalam kereta tidak banyak saat saya naik. Saya meletakkan tas di atas dan duduk tenang sampai menunggu kereta mulai jalan. Kesan pertana saya begitu memasuki kereta adalah sesuai yang saya pikirkan. Tidak ada AC, tidak ada tv kabel kereta, dan pedagang atau pengamen dengan mudah lalu lalang di dalam kereta. Sebenarnya bukan masalah tidak ada AC atau tidak ada tv, yang membuat saya kurang nyaman adalah bukan penumpang yang berseliweran keluar masuk kereta. Ini membuat tingkat kewaspadaan saya meningkat.

Kereta mulai meninggalkan Stasiun Pasar Senen tepat pukul 7.30. Para pedagang dan pengamen masih tertinggal di kereta dan terus menjajakan barang dagangan mereka dan suara mereka. Hingga akhirnya tiba di Stasiun Bekasi pukul 8.00 mereka semua turun. Dan mulai saat itu suasana kereta menjadi tenang dan saya dapat menikmati pemandangan selama perjalanan dengan merasa lebih tenang.

Pukul 10.00 kereta tiba di Stasiun Jatibarang dan berhenti cukup lama. Ternyata hal ini memberikan kesempatan KA Argo Muria (tujuan Semarang juga) untuk mendahului. KA Argo Muria itu kereta eksekutif yang biasa saya naiki jika ke Semarang. Kemudian semenjak berhenti di Stasiun Jatibarang, kereta ini cukup sering berhenti di stasiun-stasiun berikutnya.

Akhirnya setelah menempuh 7 jam perjalanan (kira-kira 1 jam lebih lambat jika naik kereta eksekutif), sampai juga di Stasiun Semarang Tawang. Ada satu catatan mengenai pengaaman naik kereta bisnis ini, yaitu harga yang saya bayarkan sebanding dengan apa yang saya dapatkan.

rute Jakarta - Semarang
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...