Saturday 12 February 2011

Bali : dari Kuta hingga Singaraja

Hari Ketiga !

Hari Ketiga ini saatnya kami melepas kendali ke luar dari Bali Selatan. Rencana kami adalah ke arah utara pulau dan diakhiri di Ubud. Pagi-pagi kami mandi dan langsung packing karena malam ini kami akan menginap di Ubud. Setelah sarapan yang enak banget, kami langsung check-out dan langsung ke mobil milik Bli Made yang akan menghantarkan kami ke seluruh penjuru Bali. Kami berangkat dari Kuta jam 9.15 WITA.

Jalanan Kuta tidak begitu ramai. Destinasi pertama kami adalah ke Pura Taman Ayun. Tak sampai satu jam mobil melesat ke utara, kami tiba di daerah Mengwi, lokasi Pura Taman Ayun berada. Dari gerbang nampak taman hijau luas dengan serangkaian meru bertumpuk di belakangnya. Setelah membeli tiket, di sebelah kanan jalan setapak menuju pintu pura, berdiri semacam bale yang dikerumuni para bule. Entah apa yang mereka lakukan, mereka tampak serius dengan aktivitas mereka.

Halaman Pura Taman Ayun

Kami berdua memasuki pintu pura sebelah barat. Posisi berdirinya pura dikelilingi tembok yang cukup tebal dan kolam penuh teratai. Taman dan pepohonan hijau di sekitar pura sangat menyegarkan dan membuat anggun pura ini. Setelah sekitar 45 menit mengelilingi pura dan mengambil foto, kami kembali ke mobil dan siap untuk ke destinasi kedua kami. Hal unik saat kunjungan kami ke Pura Taman Ayun adalah kami adalah satu-satunya wisatawan domestik yang mengunungi pura itu.

Pura Taman Ayun

Perjalanan dilanjutkan semakin ke utara. Tujuan kami selanjutnya adalah gambar di uang Rp50.000,00, yakni Bedugul. Di tengah perjalanan menuju Bedugul, kami mampir sebentar di Teman Joger di Desa Luwus. Kakak saya membeli beberapa pernak-pernik untuk oleh-oleh dan saya tidak mendapatkan apa-apa karena tidak ada yang saya taksir, hehe.

Tak lama dari Desa Luwus, indahnya Danau Beratan sudah terlihat. Airnya tenang setenang saya saat kedinginan. Kemudian kami memarkirkan mobil di areal parkir Pura Ulun Danu Beratan. Dari tempat parkir terlihat tonjolan pura dan gunung yang berbalut kabut.

Setelah membayar tiket masuk, kami mengedarkan pandangan ke segala penjuru dan hanya satu yang kami dapatkan, mengesankan! Sebelum masuk ke pintu pura, kami disuguhi semacam candi yang cukup tinggi dengan patung Buddha yang tergores di dinding candi. Masuk ke pintu pura dan hati terasa damai dengan suguhan pemandangan indah. Pura terapung dengan background gunung. Alangkah bijaknya Sang Pencipta yang menggoreskan keindahan alam di bumi ini.

Halaman Pura Ulun Danu Beratan

Pura Ulun Danu Beratan

Setelah merasa cukup berdecak kagum di Danau Beratan, kami siap memelototi lagi dua danau lainnya yang bertetanggaan dengan Danau Beratan, yaitu Danau Buyan dan Danau Tamblingan. Di sepanjang jalan menuju kedu danau tersebut, kami disambut monyet-monyet yang berseliweran di jalanan. Kami berhenti Di sebuah spot yang kata Bli Made adalah spot terbaik untuk melihat indahnya Danau Buyan dan Danau Tamblingan. Kedua danau ini dibatasi hutan lebat yang sangat hijau. Andaikan kaut menghilang, puncak gunung di belakang danau akan terlihat indah, sayangnya kabut enggan mendengar permintaan saya. Tak masalah karena dua danau ini terpampang jelas.

Danau Buyan dan Danau Tamblingan

Danau Buyan (kiri) dan Danau Tamblingan dibatasi pepohonan

Perjalanan kami lanjutkan ke utara melewati Munduk ke arah Singaraja. Destinasi kami selanjutnya adalah Pantai Lovina di Kabupaten Buleleng. Jalan yang kami lalui cukup curam dengan pemandangan hijau yang terpancar di seluruh penjuru. Perjalanan memakan waktu tak sebentar sehingga membuat saya tidur sejenak. Mobil terus melaju dan akhirnya berbelok ke kiri ke sebuah gang. Ternyata di situlah Pantai Lovina dengan patung lumba-lumba yang terpajang di tepi pantai berada. Saya dan kakak saya turun dari mobil dan menghirup udara pantai utara Bali. Tak banyak wisatawan di Pantai Lovina ini. Hanya ada beberapa kelompok wisatawan asing yang sedang makan siang. Suasana Pantai Lovina sangat tenang dan berbeda jauh dengan hiruk pikuk Kuta. Banyak pedagang yang berseliweran menawarkan barangnya kepada kami.

Pantai Lovina

Pantai Lovina

Awan tebal semakin menghantui kami, dan kami memutuskan untuk melanjutkan perjalanan ke destinasi berikutnya. Kembali ke arah selatan, ke Air Terjun Gitgit. Kami melewati Singaraja, hujan semakin deras. Karena petunjuk alam, kami memutuskan menunda kunjungan kami ke Air Terjun Gitgit. Saya hanya menghela napas ketika mobil melewati papan petunjuk pintu masuk Air Terjun Gitgit. Ya, mungkin karena tidak jadi ke Gitgit akan membuat saya harus kembali ke sini lagi suatu saat nanti. Dan kemi pun memutuskan melanjutkan ke destinasi terakhir kami, Kota Terbaik di Asia, Ubud!

Salah satu titik pemandangan menuju Ubud

Ke Ubud, kami kembali melewati Bedugul. Kami menyempatkan berhenti sebentar di sebuah convenience store di Bedugul, di sebuah persimpangan jalan. Sedikit mengulas convenience store tersebut, saya mengapresiasi degan adanya air panas yang disediakan cuma-cuma. Dengan air panas tersebut, kami bisa membuat mie seduh dalam gelas yang menyelamatkan kami dari kepusingan. Kami merasa sangat pusing karena memang kami belum makan dan jalanan yang berkelok-kelok. Huff, beruntung kami solusinya. Dan peralanan kami lanjutkan dengan lebih sumringah.

Friday 4 February 2011

Bali : GWK dan Hujan di Kuta

Selesai dari Tanah Lot, kami menuju GWK. Saat berangkat kami melalui jalan-jalan kecil yang tidak ada lampu merahnya, nah saat arah ke GWK ini kami memilih jalan baru supaya terasa sedang bertualang, hehe. Melewati Denpasar Barat hingga menembus Jalan By Pass Ngurah Rai. Perjalanan memakan waktu sekitar satu jam lebih karena di tengah perjalanan kami melihat ada iring-iringan sekelompok masyarakat.

Kami memarkirkan mobil di daerah Ulun Siwi Jimbaran untuk mencari tahu apa yang sedang terjadi. Seorang ibu penjaga warung mengatakan bahwa itu adalah iring-iringan tempat mayat. So, kami menyimpulkan sedang diadakan upacara Ngaben.

Upacara Ngaben di Jimbaran

Akhirnya kami tiba di gerbang Garuda Wisnu Kencana Cultural Park. Cukup megah dan menarik. Tak jauh dari gerbang ada loket tiket seperti tempat membayar parkir di mal-mal. Kami membeli dua tiket yang menurut kami cukup menguras budget tiket kami plus satu izin masuk untuk mobil.
Tiket masuk = Rp25.000
Mobil = Rp5.000
Gerbang masuk GWK Cultural Park

Papan nama GWK

Setelah membayar, jalanan akan menanjak. Di sisi kanan kami melihat ada bukit terbelah dan di depannya berdiri sepasang tangan yang besar yang merupakan tangan Wisnu. Kami melewatinya dan terus naik ke atas menuju tempat parkir. Seletah ke luar dari mobil, kami melemparkan pandangan ke utara jauh dan terlihat bandara dari spot itu. Di situ juga disediakan semacam teropong untuk melihat pemandangan. Usai menghirup udara segar, kami masuk ke pintu masuk. Pintu masuk, kami disambut banyak patung. Ada enam patung, masing-masing tiga di sisi kanan di di kiri.

Kemudian kami menunjukkan struk bukti pembelian tiket kepada petugas. Masuk ke dalam dan suasana rindang dipenuhi banyak wisatawan menyambut kami. Di sisi kanan setelah pintu masuk terlihat patung GWK ukuran mini dengan bentuk utuh. Untuk melihat bentuk kepala di dengan ukuran yang sesungguhnya, masuk ke pintu kiri. Terus naik tangga ke atas dan akan menemukan taman yang asri dengan kolam menyegarkan. Naik lagi ke atas menuju Graha Wisnu dan di tempat itulah patung setengah badan Wisnu berdiri menjulang. Dari Graha Wisnu ini kita dapat mengedarkan pandangan ke utara, melihat bandara Ngurah Rai yang diapit dua lautan.

Miniatur GWK dan taman air di area GWK

Wisnu

Garuda

Setelah cukup mengambil gambar, kami melanjutkan berjalan ke area belakang badan si Wisnu. Di situ kepala burung garuda terlihat berdiri di atas lapangan hijau. Sayangnya kami tidak bisa turun ke lapangan tersebut karena sedang dilakukan persiapan sebuah acara. Entah acara apa yang diadakan di sana. Waktu sudah menunjukkan pukul setengah satu, kami kembali ke Kuta karena mobil harus dikembalikan pukul 2.

Pemandangan utara dari GWK

Perjalan ke Kuta ditemani terik matahari. Kami tiba di hotel pukul 2 kurang 15. Tak berapa lama sang empunya mobil datang. Dia menyerahkan KTP kakak saya dan proses rental mobil sudah selesai. Setelah itu kami tak ada rencana untuk menghabisi waktu semalam lagi di Kuta ini, mungkin hanya akan mengelilingi Discovery Kuta, jalan-jalan di Pantai Kuta dan Kuta Square.

Sore hari kami ke arah Hard Rock Hotel, rencana kami adalah jlan dis epanjang pantai dari Hard Rock Hotel itu hingga ke Discovery. Kami menyusuri pantai melihat gerak gerik wisatawan yang sebagaian besar bukan dari Indonesia. Sekitar tiga puluh menit kami sudah tiba di Discovery dan matahari sudah meredup ditambah hujan rintik-rintik. Rencana selanjutnya kami ingin ke arah Kuta Square. Kami sedikit bingung melanjutkan perjalanan atau langsung ke hotel saja. Kmi tidak tahu gelapnya langit karena sudah tidak ada matahari atau karena awan hujan. Dengan sedikit ragu, kami memutuskan melanjutkan perjalanan.

Kuta di malam hari

Hanya lima menit setelah berjalan dan tiba-tiba hujan amat deras menerjang bumi. Kami pun langgung menepi di sebuah butik di seberang Waterboom Kuta. Kami pikir ini hanya akan berlangsung sepuluh menit atau paling lama dua puluh menit. Dua puluh menit ternyata lewat. Terus tiga puluh menit, empat puluh, lima puluh, SATU JAM. Akhirnya di menit ke 70 alias satu jam 10 menit hujan berhenti. Banjir deh jalanan Kuta, ck ck ck. Bule-bule pun kembali bertebaran di jalanan, haha. Kayaknya hari ini diakhiri di sini deh. Jadi ga sabar nunggu besok mau ke Bedugul hingga Lovina!

Thursday 3 February 2011

Bali : Tanah Lot

Hari kedua ...... !

Bangun pagi terasa menyenangkan dengan suasana baru di hotel yang oke. Adhi Jaya Hotel terletak di jantung Jalan Kartika Plaza, dekat dengan Discovery Shopping Mal, Kuta Square, dan tentunya tak jauh dari Pantai Kuta.
Kami menginap di Adhi Jaya Hotel selama dua malam dengan biaya per malam sebesar Rp710.000. Harga ini tergolong sangat mahal buat kami, tetapi kami disponsori oleh orang yang baik, hehe. Rate segitu pun sudah didiskon oleh agen tur & travel milik kenalan kakak saya. Kamar kami terletak di tepi pool-nya sehingga cukup strategis untuk bermain air. Secara keseluruhan kami puas di hotel ini, tetapi ada beberapa yang membuat kami memberi poin negatif yaitu sampo yang disediakan merusak rambut kami (bukan sampo beneran) dan tidak tersedia sandal (mungkin memang bukan hal lumrah menyediakan extra sandal). Tetapi ini merupakan hotel ternyaman dan terbaik kami selama enam malam di Bali.
Adhi Jaya Hotel

Di hari kedua ini rencana kami adalah menuju Tanah Lot dulu kemudian ke Garuda Wisnu Kencana Cultural Park alias GWK. So, kita ke utara sebentar ke Kabupaten Tabanan, lokasi Tanah Lot, terus balik lagi ke selatan menuju GWK. Sebenrnya dengan agenda kami seperti ini masih ada waktu luang yang cukup banyak, seperti bisa ke Nusa Dua dan Tanjung Benoa, atau ke Dreamland. Tapi, kami mau hemat dengan tidak memperpanjang waktu rental mobil kami.

Setelah sarapan pagi di hotel, kami bertemu sebentar dengan Bli Made, orang yang akan mengantarkan kami ke pelosok Bali mulai hari ketiga hingga hari kelima. Kami sedikit membicarakan rencana kami selama di Bali bersamanya. Sekitar 15 menit berbincang, akhirnya kami dapet kesepakatan yang oke di tiga hari mendatang.

Oke, nyiapin barang sedikit dan langsung goes to Tanah Lot. Kami menyusuri jalanan Kuta di Minggu pagi yang cukup lengang, enak juga lho. Kami sangat mengandalkan maps di hape saya. Maps hape saya sudah saya tandai jalan-jalan yang harus dilalui untuk menuju ke sebuah objek wisata, jadi saya tinggal mengikutinya (walaupun agak sok tau, tapi sampai lho). Kira-kira satu jam perjalanan, mobil sudah tiba Objek Wisata Tanah Lot.
Tiket masuk = Rp7.500
Terik matahari menyambut kami setibanya di Tanah Lot. Jejeran bus sudah terparkir di sana. Turun dari mobil langsung menuju ke pantai.

Waw, indah banget Pura Tanah Lot ini. Background langit dengan semburat awan tipis yang abstrak membuat mata tak lelah memandang. Sebelum ke Pura Tanah Lot, kami melewati sebuah pura yang menjorok ke laut yang dihubungkan dengan jembatan alami dengan bagian bawah jembatan berbentuk melengkung, sungguh menarik untuk diabadikan. Di lautnya seorang peselancar sedang menunjukkan kebolehannya, ia seorang diri menaiki gelombang yang silih berganti menghujam pantai.

Tak jauh dari situ, terlihatlah sebuah pura yang mengambang di lautan lepas, seakan tak ada jalan menuju ke sana karena air sedang pasang. Inilah pura yang sudah harum namanya, hehe. Banyak sekali turis beraktivitas di sekitar pantainya. Untuk turis mancanegara yang sering terlihat adalaha turis Asia dan kebanyakan dari Asia Timur (Korea, Jepang, dan Cina). Dengar-dengan dari penjelasan seorang guide kepada turis, ini merupakan kompleks pura dan Pura Tanah Lot merupakan bagian dari Pura Dang Kahyangan.

Pura di atas laut

Taman dan "aula" di Tanah Lot

Pura Tanah Lot

Gerbang masuk ke Pura Tanah Lot

Area souvenir

Sekitar satu jam melihat kemolekan Pura Tanah Lot, kami memutuskan segera menuju GWK mengingat mobil pinjaman akan dikembalikan empat jam lagi. Jalanan menuju ke tempat parkir dipenuhi bursa-bursa yang menjual berbagai macam souvenir, so cukup warna warni dan pepohonan membuat udara sejuk dan teduh.

Bali : Uluwatu

Eng ing eng ... !

Sampai juga kaki ini di Pulau Bali (seneng banget karena baru pertama kali, akhirnya). Turun dari pesawat yang alhamdulillah penerbangannya aman dan cuaca yang cerah, kami langsung masuk ke gedung bandara. Sambil menunggu jejeran bagasi untuk diambil pemiliknya, saya menyempatkan ke toilet dulu dan melihat sekeliling Bandara Ngurah Rai. Jika dibandingkan dengan Cengkareng (mungkin) jauh lebih kecil. Dekorasi khas Bali terpampang di sana-sini, keindahan Bali dapat dibayangkan. Akhirnya bagasi kakak saya muncul dan langsung keluar bandara.

Nah rencana kami setibanya di Bali adalah menyewa mobil untuk 24 jam dan sekalian dijemput di bandara. Di luar pintu sudah berjejer orang-orang penjemput yang membawa papan nama yang dijemput. Akhirnya kami menemukan orang yang mengantarkan mobil ke bandara, langsung kami menuju mobil. Setelah melakukan administrasi sederhana (tanda tangan perjanjian dan pembayaran), inilah titik awal perjalanan kami di Bali. Yeay!
Kami menyewa Suzuki Swift dengan alasan kakak saya terbiasa mengemudi matic (kakak saya yang punya SIM, sedangkan saya tidak) dan harga sewa per 24 jamnya adalah Rp300.000 (hasil menawar dari sebelumnya Rp350.000)
Keluar dari Bandara rencana kami mencari adalah SPBU dulu. Dengan mengandalkan aplikasi maps di hape saya akhirnya ketemu juga. Kemudian kami menuju Adhi Jaya Hotel di Jalan Kartika Plaza, dekat dengan Discovery Shopping Mall. Istirahat sebentar di kamar, liat suasana sekitar, dan mencoba mencari warung makan murah (sayangnya tidak ditemui).

Objek wisata yang akan kami kunjungi hari ini adalah Badung bagian selatan, yaitu Uluwatu, Suluban, Padang-Padang, dan Jimbaran. Perjalanan Kuta ke Uluwatu kira-kira 40 menit dengan guyuran hujan di setengah perjalanan dan jalanan yang sedikit menanjak. Kami tiba di Uluwatu kira-kira pukul 16.45 WITA.

Setelah membayar tiket masuk, kami mengenakan kain melingkar pinggang sampai ke bawah. Kemudian masuk deh ke wilayah Pura Luhur Uluwatu dan foto-foto di sana. Melihat pemandangan pura di atas tebing, "bermain" bersama monyet, dan juga bisa menonton tarian khas Bali. Waktu itu sedang digelar Tari Kecak Api tapi kami, mohon maaf, kurang berminat menonton dan tak ada budget untuk itu, jadi kami hanya bermain di sekelilingnya.
Tiket masuk = Rp3.000/orang
Parkir mobil = Rp2.000/mobil
Tiket menonton Tari Kecak Api = Rp75.000/orang
Uluwatu

Setelah 30 menit kami jalan-jalan di Uluwatu, lalu kami berencana melanjutkan ke tempat-tempat selanjutnya. Kembali ke arah utara melalui jalur yang berbeda dari sebelumnya, yaitu melalui dekat laut.

Sepanjang arah balik, rencana kami adalah mampir ke beberapa pantai. Pertama mau ke Suluban, tapi ketika kami mengikuti sesuai petunjuk, kami menemui jalan buntu dan tak ada kehidupan di sana, mungkin lebih mudah Anda yang mau ke Suluban menaiki motor. Kemudian yang kedua ke Padang-Padang, kami tidak tahu letak pastinya. Kemudian kami melanjutkan ke arah utara dan di satu titik, kamu menemukan sebuah pemandangan yang luar biasa menakjubkan, sulit digambarkan. Kalau tidak salah namanya Ocean View, jadi ada sebuah jembatan, nah di bawah jembatan itu bermuara sebuah sungai kecil dan di muara sungai itu ada batu2 besar indah dengan latar belakang langit terlunturi jingganya matahari (walaupun sebenernya matahari berwarna kuning). Yang menambah eksotis pemandangan adalah sebuah pura berdiri di sisi jembatan. Sungguh luar biasa!

sumber: http://wikitravel.org/shared/Image:Bali-BukitPeninsula-SouthWest-Map.png

Perjalanan berlanjut ke arah Kuta. Jam tangan sudah menunjukkan pukul 6 lebih, langit menggelap karena hujan, niat ke Dreamland dan Jimbaran sepertinya harus ditunda dan kami langsung meluncur ke Kuta setelah makan malam sebentar di sebuah warung dekat pintu masuk GWK. Berakhir sudah perjalanan kami di hari pertama.

Tuesday 1 February 2011

Bali : Persiapan

Bali tak ada matinya. Komoditas utama pariwisata Indonesia ini selalu dikerumuni orang. Tak ada masa liburan untuk menarik wisatawan ke Bali (bahkan saat Nyepi sekalipun). Sepertiga wisatawan asing yang datang ke Indonesia tersedot oleh kemolekan Pulau Dewata. Objek wisata di Bali teramat banyak, mulai dari Pantai Kuta yang tersohor hingga menjulangnya Gunung Agung. Tak dapat dipungkiri inilah pulau yang selalu hidup untuk terus memanggil para pelancong.

Januari lalu, saya dan kakak sepupu saya menyempatkan berlibur di Bali. Kami berkelana di Bali selama enam hari enam malam. Rencana kami adalah mengunjungi objek wisata di Bali mulai dari selatan hingga utara dan kemudian ke wilayah timur pulau. Nah karena rencana perjalanan kami yang mengeksplor sebagian besar pulau ini, kami berpindah-pindah tempat menginapnya. Di dua malam pertama menginap di Adhi Jaya Hotel Kuta. Kemudian malam ketiga di Narasoma Homestay Ubud. Malam keempat di Abian Homestay Sanur, dan terakhir kembali ke Kuta di Aneka Beach Hotel.

Awalnya sih mau ala budget traveler, tapi sepertinya out of our prediction deh karena ada sponsor, hihihi asik. Tiket AirAsia udah di tangan sejak pertengahan Desember dengan rate PP untuk dua orang Rp1.640.000 (di luar bagasi) yang dibeli di agen resmi AA Kelapa Gading.
Sebenernya ada promo tuh, jadi hanya sekitar Rp1.240.000 tapi pas saya tanya tentang harga promo yang itu katanya mesti lewat website dan bayar pake kartu kredit atau internet banking bank apa gitu, hasrat udah menggunung untuk dapet tiket ya sudahlah dibeli saja, toh ini pengalaman pertama mengurus tiket sendiri dan tak memiliki kartu kredit jadi kalo ada sedikit kerikil yang mengganggu masih dikmaklumi
Malam sebelum berangkat udah packing, bawaan saya cuma ransel yang biasa dipakai kuliah dan tas selempang kecil titik. Esoknya saya kami tiba di Bandara Soekarno-Hatta dua jam sebelum penerbangan. Maskapai LCC yang kami tumpangi beroperasi di Terminal 3 Bandara Soekarno-Hatta. Terminal 3 ini sebenarnya digunakan dua maskapai, hanya satu yang beroperasi dan yang satu lagi sedang tidur alias restrukturisasi, jadi berasa sepi banget, tetapi saya suka dengan Terminal 3 ini yang bisa dibilang modern dan ok banget.

Terminal 3 Bandara Soekarno-Hatta Cengkareng

Sampai di sana check-in di loket AA
Saat check-in Anda harus menunjukkan bukti pembayaran dan tanda pengenal Anda kemudian Anda akan diberi tiket yang tertulis zona menunggu dan seat Anda di pesawat serta terakhir meletakkan bagasi bagi yang sudah memesan bagasi atau membeli bagasi
Setelah check-in Anda akan melewati pintu pembayaran airport tax. Penerbangan domestik dikenakan tax sebesar Rp40.000 dan tiket Anda akan diberi stiker tanda telah membayar tax. Setelah urusan selesai, saatnya menunggu untuk boarding. Sekitar 30 menit menunggu dilanjutkan dengan boarding. Di pintu boarding, Anda menunjukkan tiket Anda dan duduk di zona yang dikatakan oleh petugas maskapai bersangkutan. Tak lama kemudian terbang ...!

Bali from the plane

wonderful INDONESIA

karena setiap titik di Indonesia itu indah !

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...