Thursday 26 July 2012

#GrandTour: Punya Cerita di Bandara Hasanuddin

Bandara Internasional Sultan Hasanuddin Makassar

Di akhir perjalanan di Makassar sekaligus di Sulawesi kami bermalam di Bandara Sultan Hasanuddin. Yap, di bandara di Indonesia. Ada beberapa alasan kami memilih menginap di bandara. Pertama, pesawat kami pukul 6 pagi keesokan harinya, jadi lebih efisien jika berada di bandara sedini mungkin agar tidak terlambat. Kedua, Bandara Hasanuddin ini memungkinkan untuk diinapi karena buka 24 jam dan banyak bangku. Ketiga, kami lebih hemat karena tidak mengeluarkan biaya, hehe. Daaan bagi kami berempat ini akan menjadi pengalaman pertama.

Nah, lanjut dari Pantai Losari kami menuju Rumah Makan Mie Titi naik pete-pete (sebutan angkot di Makassar). Kami memesan mie yang jadi salah satu ciri khas Kota Makassar ini. Di tengah melahap mie pesanan, tiba-tiba hujan turun teramat sangat deras, sederas itu. Lima belas menit berlalu, hujan masih tetap deras dan jalanan sudah tergenang. Hujan masih belum berhenti hingga satu jam. Jalanan sudah tergenang dan macet.

Setelah berunding sejenak, kami memutuskan untuk menerobos saja cuaca malam itu. Kemudian kami bersiap-siap, mengganti sepatu dengan sendal, menggulung celana, dan sebagainya. Bersama Kak Jenny, kami diseberangkan dan dicarikan pete-pete yang menuju bandara. Yes naik angkot ke bandara, hehe.

Kira-kira perjalanan dari Rumah Makan Mie Titi ke bandara sekitar 30 menit. Kami turun di simpang jalan menuju bandara lanjut berjalan ke halte shuttle bus bandara. Pada jadwal yang ada di halte, shuttle bus beroperasi hingga pukul 11 malam dan saat itu masih pukul 10.00 malam. Jadi tidak salah menunggu untuk dapat tumpangan gratis, hehe. Eh ternyata jadwal itu tidak benar. Kami menunggu hingga pukul 11 malam dan tidak ada lagi shuttle bus yang mengantar, sayang sekali. *padahal dalam hati kesel banget*

Kemudian kami mengumpulkan niat untuk jalan kaki saja, padahal nggak tau jaraknya berapa kilo. Baru 50 meter jalan, sebuah taksi berhenti di samping kami dan menawarkan tumpangan dengan bayaran sukarela, yaaaa ini dia yang namanya rezeki. Kami tak akan menyia-nyiakannya. Ternyata jarak halte shuttle bus dengan terminal keberangkatan itu jauh, mungkin 3 km lebih. Beruntung ada Pak Supir yang baik.

Mejeng di depan terminal keberangkatan
(fotonya Dina)

Tiba di bandara kami menunggu loket Garuda Indonesia buka dulu karena Dina belum nge-print tiketnya. Sekitar jam 12 loket Garuda buka dan kami masuk ke dalam bandara yang megah ini. Ternyata masih ramai ya malam-malam karena sebagian besar penerbangan dari Makassar ke Indonesia Timur dilakukan pada dini hari. Kami naik ke lantai kedua dan mencari spot menarik untuk numpang tidur. Syarat utama spot-nya adalah yang dekat dengan stop kontak karena seluruh gadget kami perlu di-charge.

Setelah kesana kemari jalan-jalan, akhirnya kami menemukan dua buah stop kontak di pojokan dekat dengan sebuah supermarket. Di depannya ada deretan kursi dan nampaknya itu posisi terbaik. Buru-buru kami hampiri dan langsung atur posisi. Agak canggung awalnya karena posisi tidur seperti apa yang akan kami lakukan mengingat lantai sangat dingin. Yah namanya juga numpang gratisan ya menikmati saja fasilitas yang ada, hehe. Kami tidur bergantian sembari menjaga gadget kami.

Menikmati malam di bandara

Pokoknya, pengalaman pertama menginap di bandara memberi banyak pelajaran. Mulai dari peralatan yang harus disiapkan (seperti sleeping bag dan sebagainya), posisi yang tidak mengganggu orang lain, dan keamanan. Beruntung di pengalaman pertama ini kami selamat hingga akhirnya terbang ke Balikpapan!

No comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...