Saturday 5 March 2011

Bali: Goa Gajah, Air Terjun Tegenungan, dan Sanur

Menempuh jalan balik ke selatan dari Penglipuran, kami melewati jalan yang sama ketika kami ke utara. Perjalanan dari Penglipuran ke Goa Gajah ditempuh kira-kira hampir satu jam. Kurang lebih pukul 2 siang kami sampai di Pura Goa Gajah. Turun dari mobil, kami langsung membeli tiket, mengenakan kain Bali, dan masuk ke wilayah pura.

Kembali, kami harus menuruni anak tangga untuk menjangkau area pura. Kami benar-benar olahraga hari ini, tetapi jumlah anak tangganya tidak sebanyak yang ada di Gunung Kawi. Kami tiba di anak tangga terakhir dan langsung berjalan menuju sebuah kolam. Kami pikir ini seperti kolam pemandian, tapi kami lihat ke bawah dan lebih dekat ternyata yang ada di kolam itu adalah ikan-ikan. Terdapat dua kolam di situ yang dibatasi batu-batuan. Di kolam terdapat corak seperti dewi yang sedang menumpahkan kendi air ke kolam. Ada enam patung dewi, masing-masing tiga di kolam kiri dan tiga lainnya di kolam kanan.

kolam di Pura Goa Gajah

Menuju ke objek selanjutnya adalah Goa Gajah itu sendiri, yakni sebuah goa yang di bagian mulutnya terdapat relief unik dan cukup rumit. Sepertinya ini adalah karya yang mengagumkan, sulit untuk mengukir di batu relief seperti itu dan sebesar itu. Kemudian kami mencoba masuk ke dalam goa. Kami menemui tiga turis asing dan dua orang tour guide. Kedua tour guide itu dengan menggunakan bahasa Prancis menjelaskan dengan seksama mengenai, mungkin, upacara atau adat yang dilakukan di dalam goa. Karena ukuran goa cukup sesak ketika kami masuk ke dalam, kami hanya sebentar melihat kondisi di dalam dan kemudian keluar lagi.

Goa Gajah

objek wisata Goa Gajah

Kemudian kami berputar-putar sejenak mencari posisi mana lagi yang bisa difoto dan kemudian kembali ke mobil untuk menuju Sanur. Ketika kami tiba di mobil, ternyata Bli Made sedang tidak di ada di dalam dan ketika kita dihubungi, ia sedang makan siang. Memang kami tidak mengagendakan makan siang di tempat wisata yang kami kunjungi karena kami pikir biaya makan siang akan jauh lebih besar ketimbang biaya masuk obek wisata tersebut, jadi kami membawa roti, makanan ringan, dan minuman secukupnya selama perjalanan.

Setelah menunggu sekitar sepuluh menit, Bli Made pun tiba dan kami langsung masuk ke mobil menghindari terjangan panas matahari. Sekitar sepuluh menit perjalanan, Bli Made memutuskan untuk mampir sebentar di sebuah air terjun di dekat situ. Alasannya karena kami kemarin belum sempat ke Air terjun Gitgit. Kami berbelok ke kiri ke jalan yang sepi ditemani hamparan sawah, kemudian ke kiri lagi. Tak ada petunjuk yang saya temukan mengenai air terjun di wilayah itu. Kemudian Bli Made berbelok lagi ke kiri dan kami menemui sebuah loket bertuliskan “Tiket Air Terjun Tegenungan”.

Seteleh membayar tiket, kami masuk dan memarkirkan mobil. Di saat yang sama juga datang sepasang turis asing yang mengendarai sepeda motor. Mereka memarkirkan motornya di samping mobil kami. Kemudian kami turun dan berjalan mengikuti kedua bule itu. Suara air sudah terdengar, sepertinya sejuk dan menyegarkan. Tak jauh berjalan dari tempat parkir, kami melihat sebuah air terjun yang cukup indah. Kami berdiri di sebuah warung yang sepertinya memang dibangun untuk menikmati keindahan air terjun tersebut. Letak warung tersebut masih jauh dari posisi terjunnya air. Sebenarnya bisa saja kami menjangkau ke sungai yang dialiri air terjun itu, tetapi lagi, kami harus menuruni anak tangga yang kali ini gelap, licin, dan lebih curam, kakak saya langsung menolak untuk menuruni tangga tersebut. Jadilah kami hanya menikmati air terjun dari warung itu.

Air Terjun Tegenungan

Kami hanya sebentar menghabiskan waktu di Tegenungan. Kami kembali ke arah mobil dan ingin langsung ke Sanur. Sebenarnya ada penyebab kami ingin langsung ke Sanur karena kami ingin cepat-cepat makan dan mandiiiiii. Haha, iya mandi. Karena selama di Ubud kami tidak mandi karena kamar mandi di penginapan kami membuat kami harus menunda mandi, hehe. So, kami langsung meluncur ke Sanur.

Air Terjun Tegenungan

Kami tiba di Sanur kira-kira pukul 3.30 WITA. Entah di mana kami harus bermalam karena memang kami tidak ada rencana untuk menginap di Sanur. Jadi kami akan berputar-putar, mencari tempat yang cukup ramai, dan mencari penginapan di dekat situ. Alhasil kami tiba di Jalan Kesumasari, Denpasar Selatan. Kami menemukan sebuah penginapan yang memasang papan yang menawarkan tipe kamar yang kami cari. Nama penginapannya adalah Abian Homestay. Tanpa pikir panjang kami langsung masuk dan menanyakan apakah masih ada atau tidak. Hore, masih ada, cepat-cepat check-in dan cari sampo terus mandi.

Abian Homestay terletak cukup strategis bagi Anda yang ingin menginap dekat pantai. Room rate-nya pun sangat bersahabat. Tetapi ketika kita ke sana akhir Januari 2011 sedang ada renovasi. Selain pegninapan di Abian ini juga terdapat restoran yang setiap malam sepertinya mengadakan acara tari-tarian dan musik tradisional khas Bali.

Abian Homestay Sanur

Setelah mandi dan sedikit istirahat, tentu ada satu to do list lagi yang belum kami lakukan, makan. Sudah lapar kali kita ini. Kami bingung mau makan apa. Saya coba mengecek maps di hape, click restaurant, dan di dekat situ salah satunya muncul rumah makan Padang. Nah udah ketemu yang kami cari, langsung ke tempatnya tanpa berpikir lagi data di maps itu valid atau enggak. Dan setelah kira-kira lima belas menit berjalan, kami sudah melihat sebuah rumah makan berbentuk minang. Langsung masuk dan makan, selamat makan.

Selesai makan, kami ke pantai yang jarak antara pantai dengan penginapan kami hanya lima puluh meter, coba bayangkan seru kan. Di Pantai Sanur bagian selatan ini tidak banyak orang. Kami duduk di sebuah tumpukan batu yang menjorok ke laut dan memandangi apa pun yang ada. Saya menemukan sesuatu yang membuat saya tertarik, sekelompok anak-anak yang sedang bermain air. Sungguh lucu melihat tingkah laku mereka tanpa dosa dan penuh kebahagian. Ditemani angin pantai, mereka terus berlari-larian, berenang-renang, dan ketawa. Sesekali mereka berebut papan luncur.

Pantai Sanur

aktivitas di Pantai Sanur

Dari posisi saya duduk, saya juga bisa melihat aktivitas di dekat Pelabuhan Benoa. Pesawat-pesawat pun tak henti-hentinya beterbangan di atas kami menuju Bandara Ngurah Rai. Sungguh elok merasakan kedamaian di sisi timur Denpasar ini. Matahari sudah semakin turun memasuki langit di bagian bumi lain. Di Sanur memang bukan spot yang tepat untuk melihat sunset, tapi di sini adalah posisi yang pas untuk menonton sunrise. Langit sudah menggelap dan lampu-lampu sudah dinyalakan, kami kembali ke penginapan dan bersiap istirahat untuk melanjutkan petualangan besok.

1 comment:

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...