Tuesday 16 August 2011

Pangandaran: Menyusuri Diagonal Jawa Barat dengan Bus Budiman

sumber: bismania.com

Bus Budiman ekonomi ini akan menempuh perjalanan panjang selama kurang lebih sepuluh jam. Waw, kalo buat belajar bisa buat belajar materi setengah semester, haha. Bus tidak melewati UI, tetapi keluar terminal mengarah ke Jalan Ir. H. Djuanda kemudian ke Bogor Raya. Di beberapa titik bus berhenti untuk menaikkan penumpang.

Pukul 21.00 bus berhenti cukup lama untuk menaikkan penumpang di sebuah agen. Beberapa penumpang naik, jadi setengah bus terisi, lumayan daripada sepi kan nggak enak. Pukul 21.15 bus belum juga berjalan. Selidik punya selidik ternyata ban belakang bus sebelah kiri sedang diganti. Waduh lumayan nih, lumayan panas, lumayan lama, lumayan nggak sampe-sampe. Setelah ditunggu setengah jam akhirnya penggantian ban selesai dan bus kembali melaju.

Karena sudah malam dan kami memang sengaja memilih perjalanan malam, rasa ngantuk cukup mendera. Setelah membayar per orang Rp50.000 (per Juli 2011), saya tertidur. Dan bangun-bangun, bus baru sampai di Bekasi. Perjalanan masih sangat panjang. Kalau dilihat di peta, kami memulai dari Kota Depok yang berada di ujung kiri atas (barat laut) Jawa Barat dan Pangandaran yang masuk Kabupaten Ciamis dan berbatasan dengan Jawa Tengah terletak di ujung kanan bawah (tenggara) Jawa Barat dan inilah yang disebut menyusuri diagonal Jawa Barat. Tak heran perjalanan delapan hingga sepuluh jam harus ditempuh.

Malam itu jalan tol cukup ramai. Saya terjaga hingga bus memasuki Gerbang Tol Cipularang. Lumayan, (mungkin) sudah 40 persen perjalanan ditempuh. Bus terus melaju menembus gelap dengan ditemani pantulan cahaya matahari oleh bulan a.k.a sinar bulan. Keluar dari tol kira-kira pukul 01.00, bus kembali merapat untuk menaikkan beberapa penumpang.

Awalnya dengan bus nn-AC ini saya akan merasa kepanasan, tetapi ternyata yang saya takutkan tidak terbukti, malah saya merasa kedinginan (lebay). Tapi benar, angin malam membuat sejuk suasana di dalam bus, bahkan membuat saya harus mengenakan jaket karena saya sangat sensitif dengan dingin, hehe.

Saya melanjutakan tidur-tiduran saya. Sesekali saya terbangun mendengar decit rem dan klakson bus. Decit rem terdengar jika kendaraan di depan berjalan lamban atau jalanan menurun, sedangkan klakson terdengar jika bus berpapasan dengan bus Budiman yang lain. Daaaan Budiman memang bisa dibilang penguasa jalan darat di selatan Jawa Barat. Sering kali bus berpapasan dengan bus Budiman lainnya.

Sekitar pukul 02.30 bus berhenti di sebuah rumah makan besar yang menjadi check point atau tempat istirahat bus-bus Budiman (saya lupa nama rumah makannya, kalau tidak salah Sari rasa di daerah Nagrek). Ketika kami tiba sudah ada sekitar tiga bus yang sudah berhenti di tempat parkir. Ada yang dari Jakarta tujuan Tasikmalaya, Ciamis, ada yang menuju Bekasi. Dan dua di antaranya adalah bus yang ber-AC. Entah mengapa saya merasa iri dengan fasilitas dan kenyamanannya, tetapi saya merasa beruntung karena tidak tersiksa dengan AC yang bisa dibilang sangat dingin (dilihat dari kaca yang berembun di semua sudut).

Jadi apabila Anda menaiki bus Budiman yang biasa (non-AC), Anda akan mendapatkan AC alami dari alam dan asap rokok dengan seat 2-3. Sedangkan jika Anda menggunakan jasa bus yang ber-AC, Anda akan mendapatkan bantal, AC tentunya, dan hiburan berupa tv, seru ya. Sayang saya tidak menanyakan berapa biayanya (denger-denger sekitar Rp60.000). Oiya selain mengantarkan penumpang, Budiman juga menyediakan jasa mengantarkan barang (bukan promosi lho, hanya informasi).

Bus kami kembali melanjutkan perjalanan, mendahului tiga bus yang masih berhenti. Jalanan lengang dan gelap, dan bus kami melaju kencang. Saya masih terjaga dengan mata yang buka tutup. Ada cerita cukup unik, di sebuah warung, si kenek turun untuk beli minum, lumayan lama lima menit lebih. Eh pak supir tidur, bahaya banget nih. Dan ketika si kenek sudah naik dan membawa minuman untuk pak supir, pak supir masih saja tidur. Gawat nih kalo si bapak supir ngantuk gimana, nyawaku padamu pak. Si kenek membangunkan pak supir masih belum bangun, akhirnya bapak-bapak yang di belakang pak supir yang membangunkan dengan menepuk pak supir dengan cukup keras, haha. Si kenek kemudian memberi seplastik kopi panas. Jreng! Seakan matanya terbuka kembali dan memacu bus dengan kencang, haha.

Cukup was-was saya sejak itu, tetapi saya tidur saja, haha. Sesekali saya terbangun saat bus berhenti menurunkan penumpang seperti di Banjar, Banjarsari, dan Ciamis. Sekitar pukul setengah lama saya terbangun, melihat ke kiri dan kanan masih gelap, kemudian saya tayamum dan Salat Subuh. Bus masih melaju selesai saya salat, sudah sembilan jam bus berjalan tetapi kami belum tiba juga.

Sekitar pukul setengah enam, papan petunjuk jalan sudah terlihat arah menuju Pangandaran. Berarti tidak jauh lagi kami sampai Pangandaran. Dan benar, tepat pukul enam bus tiba di Terminal Pangandaran yang cukup sepi. Bulat sepuluh jam (dari jam 8 malam hingga jam 6 pagi) perjalanan telah kami tempuh, badan sudah pegal-pegal dan kaku-kaku, kini saatnya menikmati alam Pangandaran. Terima kasih bus Budiman yang telah mengantarkan kami menyusuri diagonal Jawa Barat.

peta dari Depok menuju Pangandaran

No comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...