Di tahun 2012, pemerintah Sulawesi Selatan melaksanakan program Visit South Sulawesi 2012. Sebuah program yang mendukung berbagai aspek kehidupan masyarakat Sulawesi Selatan, utamanya di bidang kebudayaan dan pariwisata. Cukup modal bagi Sulawesi Selatan untuk menggaet wisatawan domestik dan asing dengan keindahan alam dan kekayaan budayanya.
Bagi saya mengunjungi Sulawesi Selatan merupakan keinginan tersendiri. Akhirnya, pada Januari 2012, keinginan saya ini tercapai dan ternyata bertepatan dengan program Visit South Sulawesi 2012. Saya bersama 3 teman saya bertandang ke Sulawesi Selatan selama 3 hari 3 malam. Kami berkesempatan ke Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung, Kota Parepare, Toraja, Museum Balla Lompoa di Sungguminasa, dan tentunya Kota Makassar dengan segudang objek wisata. Ini lah kali pertama saya ke tanah Sulawesi.
Menjejakkan kaki di bandara, sungguh luar biasa melihat Bandara Sultan Hasanuddin. Membuat saya terpesona dengan keeleganan dan kemegahannya, sangat cocok menggambarkan Sulawesi Selatan. Tak membuang waktu, kami langsung menuju Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung dengan pete-pete. Kami disuguhi kekayaan alam indah sepanjang perjalanan dengan karst-karst yang menjulang. Memasuki kawasan taman nasional, gemercik air terjun dan aliran sungai membuat kami merasa disambut dengan baik. Memang benar, keindahan Air Terjun Bantimurung bisa meluuhkan rasa lelah. Tak lama kami bermain di sini karena perjalanan kami harus dilanjutkan.
Kota Parepare menjadi tujuan selanjutnya. Kami bermalam di rumah teman. Keesokan harinya saya mengunjungi Toraja. Perjalanan ditempuh selama 4 jam dari Parepare ditemani kemolekan alam yang hijau sepanjang perjalanan. Di satu titik, kami mampir sejenak di Gunung Nona yang unik. Alam Sulawesi Selatan memang banyak memberi kejutan. Kemudian tiba di Toraja, destinasi pertama adalah Londa. Di Londa pemandangan unik ditampilkan. Peti-peti mati berisi mayat tersebar di goa. Ada yang di dinding, ada yang di atas, di dalam goa, bahkan di atas bukit. Sungguh pemandangan yang hanya dapat ditemukan di Toraja.
Selain Londa, saya juga mengunjungi Ketekesu. Banyak foto tongkonan yang ada di internet diambil dari Ketekesu ini. Memang, suasana Ketekesu sekan sangat familiar bagi saya karena sering dijumpai di internet. Di Ketekesu ini saya juga menjumpai tedong bonga yang sedang merumput. Hanya di Toraja sini lah dapat dijumpai kerbau belang seharga ratusan juta rupiah. Perjalanan di Toraja ini saya akhiri dengan mampir di Pasar Rantepao kemudian kembali ke Parepare.
Hari ketiga di Sulawesi Selatan kami habiskan di Makassar. Rencana awalanya, kami akan menuju Sungguminasa terlebih dahulu, tepatnya ke Museum Balla Lompoa dan Istana Tamalate. Sekitar 4 jam perjalanan, akhirnya saya tiba di Balla Lompoa. Tapi, museum ini ditutup. Setelah mencari tahu ke sana ke mari, akhirnya kita ke sebuah rumah di dalam lingkungan museum dan dibukakakn pintu oleh bapak penjaga yang ada di rumah tersebut. Sedikit kecewa karena saya harus mencari penjaganya terebih dahulu untuk masuk ke dalam museum. Persis di samping museum, terdapat Istana Tamalate. Istana ini juga merupakan peninggalan Kerajaan Gowa. Sayang pengunjung tidak diizinkan masuk ke dalam.
Selanjutnya kami menuju Makassar dengan menggunakan pete-pete. Turun di Karebosi, kami langsung menuju Fort Rotterdam dengan jalan kaki. Untuk masuk ke Fort Rotterdam kami membayar seikhlasnya sesuai tulisan di loket masuk. Fort Rotterdam ini sungguh indah. Bangunannya sangat terawat. Taman-tamannya ditata sangat rapi. Namun yang kami sesalkan adalah Fort Rotterdam ini sedang dalam tahap renovasi. Padahal Visit South Sulawesi 2012 sudah dimulai, tetapi baru direnovasi. Sedikit kecewa karena tidak dapat masuk ke museum dan banyak pekerjaan di sana sini. Padahal saya sangat ingin melihat Museum La Galigo dan saya pikir dalam rangka Visit South Sulawesi 2012 akan diadakan pameran khusus.
Selanjutnya, untuk menghabiskan sore, saya menuju Pantai Losari. Hampir semua orang yangberkunjung ke Sulawesi Selatan menyempatkan mampir ke pantai ini. Setibanya, di Pantai Losari, kami mengambil foto bertuliskan Pantai Losari dengan latar belakang Selat Makassar. Indah, ya sungguh indah. Kemudian kami memesan pisang epe dan duduk-duduk di tepian pantai. Suasana saat itu sungguh menyenangkan, menyatap pisang epe ditemani debuaran ombak sepoian angin. Kami menunggu sunset yang sayangnya tertutup awan, jadi tak terlihat.
Setelah matahari kembali ke peraduannya, kami kembali membeli oleh-oleh. Selanjutnya menuju Karebosi dan naik pete-pete untuk mampir makan malam mie kering di salah satu restoran besar. Perut sudah penuh, kami siap melanjutkan perjalanan dengan rintikan hujan. Kami kembali naik pete-pete untuk menuju bandara.
Sekitar 40 menit, kami turun di persimpangan jalan menuju bandara. kami berjalan menuju shelter shuttle bus bandara. Kami menunggu saja karena di papan jadwal, shuttle bus beroperasi hingga pukul 10.30 malam dan saat kami tiba masih pukul 9 malam. Kami sabar menunggu walau hujan masih terus turun. Jam sudah hampir pukul 11 malam, tapi bus tak kunjung datang. Kami meutuskan mengambil jalan nekat, jalan kaki saja masuk ke dalam. Beruntung baru berjalan seratus meter, sebuah taksi menghampiri kami. Pak Supir menawarkan tumpangan dengan imbalan seikhlasnya. Wow, senang sekali kami. Kemudian kami menghabiskan malam di bandara indah ini. Perjalanan indah kami berakhir dengan sempurna.
Pengalaman saya di Sulawesi dipenuhi hal unik, hal menarik, perasaan menyenangkan, tapi juga beberapa masukan untuk pemerintah setempat. Saya memperoleh banyak nilai tambah setelah mengunjungi Sulawesi Selatan. Saya menjadi semakin Indonesia karena bisa kenal lebih dekat dengan budaya Bugis dan Toraja. Saya bisa memandang langsung kekayaan alam Sulawesi Selatan dan saya belajar sejarah dengan mengunjungi Museum Balla Lompoa dan Fort Rotterdam. Sungguh pengalaman yang tak ternilai harganya.
Namun, perkembangan pariwisata Sulawesi Selatan tak lepas dari beberapa masukkan agar lebih memesona. Pertama adalah dari kesiapan. Melihat Balla Lompoa yang seakan kurang terbuka bagi pengunjung juga Fort Rotterdam yang masih dalam tahap renovasi, sebaiknya pemerintah setempat sudah mempersiapkan Visit South Sulawesi ini dengan lebih matang. Kemudian pengalaman saya dengan pengemis cilik dan pengamen yang memaksa membuat saya sebagai wisatawan merasa kurang nyaman karena mereka memaksa. Ada baiknya ada penyuluhan bagi mereka agar mendukung program pemerintah.
Hal lain yang sebaiknya ditingkatkan adalah sisi promosi program Visit South Sulawesi ini. Sebaiknya penyelenggara memanfaatkan media massa juga social media untuk mempromosikan program ini agar banyak wisatawan datang ke Sulawesi Selatan. Kerjasama dengan media asing juga dapat meningkatkan kunjungan turis asing. Penyediaan web resmi mengenai program ini juga sangat mendukung suksesnya kegiatan, terutama dalam hal mencari informasi terkait Sulawesi Selatan beserta agenda wisatanya. Ada baiknya koordinasi dengan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif juga dilakukan untuk semakin memopulerkan program ini.
Terakhir tapi sangat penting adalah peran serta seluruh elemen masyarakat. Komunitas blogger dapat dilibatkan dalam promosi di dunia maya. Tour operator dapat menyokong paket-paket wisata yang disediakan. Penyedia jasa transportasi dan hotel dapat mendukung dengan sosialisasi jadwal kegiatan dan informasi mengenai Visit South Sulawesi. Masyarakat sekitar objek wisata dilibatkan sebagai guide atau penyedia homestay. Kemudian, hal kecil yang cukup penting adalah membangun kawasan backpacker agar tak hanya mereka kalangan menengah ke atas saja, tapi juga kalangan menengah ke bawah dan pelajar dapat mengunjungi Sulawesi Selatan.
Dengan perbaikan yang terus dilakukan, promosi yang efektif, dan melibatkan seluruh elemen masyarakat, pariwisata Sulawesi Selatan akan semakin memesona dan menjadi primadona wisata Indonesia. Ayo Visit South Sulawesi 2012! Best Nature Asia!
No comments:
Post a Comment