Sunday 22 March 2015

How Low Cost Carriers Work? (part 3)

Ini merupakan lanjutan dari tulisan sebelumnya: How Low Cost Carriers Work? (part 2)

·         Efisiensi penggunaan fasilitas kebandarudaraan
Salah satu upaya menghemat pengeluaran maskapai LCC lainnya adalah dengan menggunakan fasilitas di bandara secara sederhana.
o       Mengurangi penggunaan check-in counter
Upaya penghematan biaya sewa check-in counter, dapat dilakukan dengan penggunaan mesin check-in dan penyediaan fasilitasi online check-in bagi penumpang.
easyJet, source: telegraph.co.uk
o       Tidak menggunakan garbarata
Maskapai LCC juga cenderung tidak menggunakan garbarata atau jetbridge untuk menghindari tambahan biaya.
o       Menghindari terbang pada jam sibuk
Dengan menghindari take-off dan landing pada jam-jam tidak sibuk, maskapai akan terhindar dari biaya slot yang lebih mahal. Bandara-bandara akan memberikan charge lebih besar pada pesawat yang terbang pada jam-jam sibuk ini. Selain itu, dengan tidak terbang pada jam sibuk akan membantu maskapai menjaga jadwal terbangnya agar tetap ­on-time
o       Menggunakan terminal khusus untuk pesawat berbiaya rendah
Maskapai LCC cenderung menggunakan terminal khusus bagi budget airlines atau sering dikenal dengan low cost terminal. Hal ini tentu membantu kinerja maskapai LCC dalam menjaga biaya mereka karena biasanya fasilitas di low cost terminal lebih sederhana daripada di terminal reguler dengan biaya yang lebih rendah pula.
Marseille Provence 2, source: flightglobal.com


·         Efisiensi operasional penerbangan
o        Terbang dari dan ke bandara sekunder
Kota-kota di Eropa dan Amerika Serikat banyak yang memiliki lebih dari satu bandara. Umumnya, terdapat bandara utama dan bandara sekunder. Banyak maskapai yang ingin menggunakan bandara utama tersebut sehingga biaya sewa yang dikenakan bagi maskapai akan lebih tinggi. Untuk menghindari biaya sewa yang tinggi, maskapai LCC Eropa atau Amerika Serikat lebih memilih terbang dari dan ke bandara sekunder. Akan tetapi, beberapa maskapai LCC  tetap menerbangi bandara utama dengan mempertimbangkan cost and benefit dan menerapkan taktik cost optimization.
Ryanair, source: sciencedirect.com
o       Mempercepat turnaround
Salah satu strategi maskapai LCC untuk menghemat biaya sekaligus meningkatkan pendapatan adalah dengan memiliki turnaround yang cepat. Dengan turnaround yang cepat, pesawat dapat menghemat fee parkir di bandara. Selain itu, pesawat dapat terbang lebih lama alias tingkat utilisasi pesawat yang lebih tinggi. Maskapai memperoleh pendapatan dari pesawat yang terbang, bukan pesawat yang lebih lama di darat. Untuk mempercepat turnaround, salah satu upaya yang dilakukan adalah dengan menaikturunkan penumpang dari pintu depan dan belakang.
o       Terbang point to point
Salah satu ciri maskapai LCC adalah mereka memiliki jaringan point-to-point. Dengan tidak menerapkan strategi hub-and-spoke, maskapai LCC dapat mengurangi kompleksitas biaya. Kompleksitas biaya tersebut adalah biaya reservasi penumpang yang transit dan pemindahan bagasi penumpang. Strategi point-to-point ini juga mengurangi waktu tunggu pesawat di darat.
AirAsia, source: airasia.com

·         Penetapan harga yang strategis
Dengan melakukan banyak penghematan dan memaksimalkan pendapatan dari berbagai lini, maskapai LCC mampu memberikan harga yang lebih rendah daripada maskapai full service. Grafik di bawah ini menunjukkan CASK (cost per available seat kilometer atau satuan untuk mengukur efesiensi operasional maskapai penerbangan) lebih rendah dibandingkan maskapai full service. Hal ini menunjukkan upaya maskapai LCC untuk mengurangi biaya memang terbukti.
CAPA, source: centreforaviation.com
Airlinetrends, source: airlinetrends.com

Dengan base biaya yang rendah, maskapai LCC dapat menjual tiket ke penumpang dengan harga yang lebih rendah, bahkan Rp0 ketika promo.
o       Memberikan harga promosi jauh-jauh hari
Berikut beberapa gambaran mengapa maskapai LCC dapat menjual tiket dengan harga gila-gilaan:
- Salah satu strategi marketing. Penjualan tiket promo dengan harga sangat miring bahkan free seats dapat dianalogikan sebagai sampel di toko kue. Seperti sampel di toko kue, jumlah kursi yang dijual dengan harga miring itu hanya sekian persen dari kapasitas maskapai. Akan tetapi, atensi dari publik dapat menjadi sangat luas dan image sebagai maskapai dengan harga sangat terjangkau akan terbentuk.
- Diinvestasikan kembali. Tiket promo ini biasanya baru dapat digunakan mulai enam bulan hingga satu tahun ke depan. Nah, selama masa enam bulan ini, dana yang masuk dari hasil penjualan tiket promo diputar dulu oleh maskapai, bisa untuk modal mengembangkan bisnis maskapai atau investasi lainnya, sehingga dalam enam bulan ke depan jumlahnya akan bertambah.
- Lebih baik terisi daripada hanya kursi kosong. Setiap maskapai biasanya memiliki data historis load factor penerbangan mereka. Untuk rute Jakarta - Phuket misalkan di bulan Maret rata-rata isian penumpang hanya 70%. Nah, 30% kursi yang tak terisi ini dimanfaatkan maskapai untuk dijual dengan harga murah. Karena lebih baik ada penumpang yang membeli tiket Rp0 dibanding kursi yang kosong. Kalau kursi kosong, tidak ada peluang bagi maskapai untuk memperoleh tambahan pendapatan.
CAPA, source: centreforaviation.com



Seri tulisan How Low Cost Carriers Work?:
How Low Cost Carriers Work? (part 1)
How Low Cost Carriers Work? (part 2)
How Low Cost Carriers Work? (part 3)

No comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...