Tuesday 15 November 2011

Indonesia Usulkan 170 Destinasi Geodiversity sebagai Geopark UNESCO


JAKARTA - Pemerintah akan mengajukan 170 destinasi geodiversity baru sebagai jaringan geopark global oleh Badan Pendidikan, Keilmuan dan Kebudayaan PBB (UNESCO).

Sesditjen Pengembangan Destinasi Wisata Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparek) Achyaruddin mengatakan, titiknya tersebar diseluruh Indonesia. Dimana di Pulau Sumatera ada 35 titik, Jawa 71 titik, Bali dan Nusa Tenggara Barat dan Timur 27 titik, Kalimantan 12 titik, Sulawesi 20 titik, Maluku dan Papua lima titik.

Dirinya menjelaskan, usulan 170 destinasi baru itu diperlukan karena Indonesia belum memiliki memiliki satupun kawasan gabungan dari kekayaan geological dan cultural heritage. Secara global ada 66 geopark di 21 negara UNESCO. China merupakan pemilik terbanyak dengan 22 geopark. Sedangkan, tingkat Asia Tenggara baru ada satu, yaitu Pulau Langkawi di Malaysia, katanya pada Sosialiasi Geopark di gedung Kemendikbud.

Dalam prosesnya, dari 170 usulan itu untuk tahap awal pemerintah telah mengajukan Pacitan dan Gunung Batur sebagai geopark pertama di Indonesia. Materi mengenai kedua destinasi tersebut sudah dibuat sejak 2010 dan dikirimkan ke UNESCO namun karena harus ada perbaikan maka perlu persiapan ulang. Usulan lainnya yaitu, Gunung Rinjani dan Danau Toba serta Wayak di Raja Ampat, Papua Barat.

Gunung Batur dan Danau Batur
sumber: balirc.com

Achyaruddin menjelaskan, inisiasi ketiganya akan dilakukan tahun ini dan diharapkan pada pertengahan September 2012 sistemnya penilaian sudah selesai sehingga pada 2013 Unesco dapat melakukan penilaian. Kepala Badan Geologi Kementerian ESDM Sukhyar menambahkan, Indonesia memang memiliki 170 geodiversity dan 33 geoheritage. “Konsep tersebut berangkat dari bukti dan keunikan alam. Yang dilakukan pemerintah adalah mencari bukti keunikan dari aspek keilmuan dan pendidikan,” imbuhnya.

Dirinya menjelaskan, variasi geodiversity berupa bentang alam, bentuk lahan, singkapan batuan, kelompk batuan, jenis batuan, tanah, mineral, kristal, hingga fossil. Ketua Harian Komisi Nasional Indonesia untuk UNESCO Arief Rahman menambahkan, untuk menjadi sebuah geopark memerlukan waktu yang cukup lama.

“Makanya, harus ada pendidikan berkelanjutan. Untuk menjaganya, bisa dimasukan dalam muatan lokal dalam sekolah. Harus punya buku-buku, materi, dan gurunya yang bias membantu pemahaman ini. Dengan demikian manusia menyatu dengan alam,” papar Arief.

Penyelaras Asia Pacific Geopark Network (APGN) Ibrahim Komoo menjelaskan, geopark bertujuan membangun kawasan yang berkelanjutan. Setelah berhasil masuk, masa berlakunya hanya sampai empat tahun. Setelah itu akan ada penilaian ulang apakah aktivitas di titik tersebut sesudah didaftarkan mengarah ke positif dan negative. “Kalau negatif, diberikan waktu dua tahun untuk memperbaiki. Jika tidak ada perkembangan bagus maka status yang diberikan UNESCO akan dicabut,” terangnya. (Neneng Zubaidah/Koran SI/rhs)

sumber: kampus.okezone.com

No comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...